Wage Rudolf Soepratman atau yang lebih dikenal dengan WR Supratman adalah pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Memiliki jejak di Cimahi, Jawa Barat.
WR Supratman ialah tokoh nasional Indonesia yang juga memiliki latarbelakang sebagai komponis kenamaan tanah air. Maka tak heran ia bisa menciptakan lagu kebangsaan yang kelak menjadi pembangkit dan pembakar semangat jiwa nasionalisme masyarakat Indonesia.
Mengupas sejarah hidupnya, WR Supratman ternyata pernah menjejakkan kakinya di tanah Kota Cimahi. Sebuah daerah yang dulu masih menjadi bagian dari Kabupaten Bandung. Di kota tiga kecamatan ini, WR Supratman muda bersembunyi dari kejaran Belanda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Betul, jadi dulu sekitar tahun 1937 beliau sempat tinggal di Cimahi, di rumah orang tuanya. Itu karena ia dalam pelarian dari tentara Belanda," kata Ketua Umum Yayasan WR Supratman, Budi Harry, saat dihubungi detikJabar.
Di manakah letak rumah pelarian WR Supratman di Cimahi itu? Rumah bergaya artdeco itu ada di Jalan Warung Contong, Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi. Rumah itu merupakan rumah orangtua WR Supratman, yakni Joemeno Kartodikromo yang merupakan seorang tentara KNIL Belanda, serta ibunya bernama Siti Senen.
"Tapi Pak WR (Supratman) hanya sebentar tinggal di Cimahi. Karena waktu di Cimahi itu keberadaannya sudah ketahuan sama pihak Belanda. Dari situ dia kabur lagi," ujar Budi.
Selepas dari Cimahi, WR Supratman melanjutkan lagi pelariannya ke Pemalang. Kondisi kesehatannya ternyata menurun terus karena mengidap penyakit paru-paru, hingga pada bulan April 1937 bersama sang kakak Rukiyem Supratiyah ia bertolak ke Surabaya.
Di Surabaya juga lah kepahitan masih dirasakan WR Supratman kala ia ditangkap polisi Belanda karena menyiarkan lagunya yang berjudul 'Matahari Terbit' pada tahun 1938 sampai akhirnya dijebloskan ke penjara.
"Tertangkapnya di Surabaya itu, tapi dilepas lagi karena enggak terbukti apa-apa," kata Budi.
Rumah Orangtua sekaligus Persembunyian WR Supratman Dipugar
Rumah orangtua WR Supratman di Kota Cimahi kini sudah dipugar. Bentuknya berubah total dari arsitektur bergaya Belanda menjadi bangunan untuk berbisnis setelah dikontrakkan pada pengusaha waralaba.
![]() |
Dari toko waralaba itu orang yang mengontrak bagian depan rumah bersejarah milik keluarga WR Supratman berganti. Kini rumah itu dipakai sebagai tempat fotokopi.
Pada masa pendudukan Jepang tahun 1943, rumah itu sempat direnovasi menjadi rumah permanen dengan arsitektur khas Belanda. Setelah orangtua meninggal dunia, rumah tersebut ditempati oleh kakak Wage, Ngadini.
Selanjutnya rumah bersejarah itu ditinggali anak cucu Ngadini yang terakhir bernama Ucok Soepratman Batubara dan keluarganya. Ucok sendiri sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu, kini tinggal istrinya, Yuli, yang mendiami rumah tersebut.
"Saya mengharapkan memang rumah di Warung Contong bisa jadi cagar budaya. Jadi dari masyarakat Cimahi mengetahui bahwa di Warung Contong ayah WR Supratman tinggal di sana," kata Budi.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol