Saat pandemi menghantam, staycation jadi tren yang menyelamatkan industri perhotelan. Healing atau menyembuhkan diri jadi kekuatan tren staycation.
Pelan-pelan perbatasan mulai dibuka, pariwisata bergerak maju dengan berbagai usaha. Libur anak sekolah dan musim panas di Eropa membawa peningkatan bagi industri perhotelan.
"Benar, staycation menjadi tren saat pandemi menghantam," ujar Samit Ganguly, General Manager The Westin Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Samit bercerita bahwa pandemi adalah hal yang baru, sama seperti masyarakat lainnya. Berkarir puluhan tahun di dunia perhotelan, dirinya mulai berinovasi dengan keadaan.
![]() |
"Ketika kami melihat peluang untuk memberikan layanan catering ke kamar, kami melakukannya," ucapnya.
Staycation pun laris manis di tahun 2020-2021. Siapa pun tergiur dengan harga miring hotel, belum lagi kesempatan untuk bekerja dari mana saja.
The Westin Jakarta sendiri melihat peningkatan tertinggi di bulan Agustus-September tahun lalu.
Namun ada pertanyaan yang mengganjal. Setelah semua kembali ke normal apakah tren ini masih 'laku' di masa depan?
"Tahun 2021 memang trennya staycation. Tapi setelah masuk ke tahun 2022, orang-orang mulai kembali ke kerja dan sibuk dengan dunianya. Mereka tidak lagi hidup di era staycation. Jadi menurut saya staycation mulai ditinggalkan," ungkapnya.
Sebagai salah satu hotel bisnis di Jakarta, The Westin Jakarta menilai bahwa pebisnis asing kerap datang di waktu liburan. Keindahan Indonesia memang jadi salah satu daya tariknya.
Di momen pandemi, wisata Indonesia tetap berusaha hidup dengan banyaknya promo. Ini membuat banyak orang berpikir untuk berani liburan di tengah pandemi.
"Tapi sekarang bisnis coorperate mulai berjalan, perlahan permintaan staycation terus menuru
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol