Penemuan yang mengagetkan sekali lagi berhasil dilakukan. Peneliti mengungkap jantung tertua di dunia yang berusia 380 tahun berada dalam fosil ikan purba.
Jantung ini ditemukan dalam fosil ikan yang bernama Gogo. Ikan itu sendiri sekarang sudah punah.
Penemuan ini terjadi di Australia Barat dan dituliskan dalam jurnal Science.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari BBC, pemimpin penelitian yakni Prof Kate Trinajstic dari Curtin University menyadari bahwa mereka telah membuat penemuan besar.
"Kami berkerumun di sekitar komputer dan menyadari bahwa kami menemukan jantung dan kami hampir tidak bisa mempercayainya! Itu sangat menyenangkan," katanya.
Biasanya, yang berubah menjadi fosil adalah tulang bukan jaringan lunak. Namun di Kimberley, yang dikenal dengan formasi batuan Gogo, mineral telah mengawetkan banyak organ dalam ikan, termasuk hati, lambung, usus, dan jantung.
"Ini adalah momen penting dalam evolusi kita sendiri," ujarnya.
"Ini menunjukkan bahwa kita telah berevolusi sejak sangat awal, dan untuk pertama kalinya kita menyaksikannya pada fosil-fosil ini," ia memaparkan.
Sementara itu rekannya yakni Prof. John Long dari Flinder University di Adelaide juga mengungkapkan bahwa ini menemuan yang mencengangkan.
"Kami belum pernah mengetahui hal apapun tentang organ lunak hewan setua ini, sampai sekarang," katanya.
Ikan Gogo adalah yang ikan pertama dari kelas ikan prasejarah yang disebut placoderms. Ini adalah ikan pertama yang memiliki rahang dan gigi.
Sebelum kehadiran ikan Gogo, ukuran ikan tidak lebih besar dari 30 sentimeter. Namun, panjang ikan yang disebut placoderms itu bisa tumbuh hingga sembilan meter.
Placoderms adalah makhluk hidup yang dominan di Bumi selama 60 juta tahun. Mereka sudah ada lebih dari 100 juta tahun sebelum dinosaurus pertama berjalan di Bumi.
Pemindaian fosil ikan Gogo menunjukkan bahwa jantungnya lebih kompleks dari yang diperkirakan, untuk jenis ikan primitif ini. Jantungnya memiliki bilik dan serambi, mirip dengan struktur jantung manusia.
Selanjutnya: evolusi ikan dari bergerak lambat menjadi cepat
Para peneliti meyakini, struktur ini membuat jantung ikan Gogo lebih efisien dan menjadi hal penting yang mengubah ikan Gogo, dari ikan yang bergerak lambat, menjadi predator yang bergerak cepat.
"Inilah cara mereka meningkatkan kontribusinya dan menjadi pemangsa yang rakus," kata Prof Long.
Pengamatan penting lainnya adalah bahwa posisi jantung ikan Gogo berada jauh lebih ke depan jika dibandingkan dengan ikan yang lebih primitif.
Posisi ini diduga terkait dengan perkembangan leher ikan Gogo dan memberi ruang bagi perkembangan paru-paru yang lebih jauh lagi, pada garis evolusi.
Dr Zerina Johanson dari Natural History Museum, London, yang merupakan pemimpin para peneliti di dunia dalam bidang placoderms, dan tidak terlibat dalam penelitian tim Prof Trinajstic, menggambarkan kajian tersebut sebagai "penemuan yang sangat penting" yang membantu menjelaskan mengapa tubuh manusia seperti hari ini.
"Banyak hal yang Anda lihat, masih kita miliki di tubuh kita sendiri; rahang dan gigi, misalnya. Kami memiliki penampilan pertama sirip depan dan sirip belakang, yang akhirnya berkembang menjadi lengan dan kaki kita.
"Ada banyak hal yang terjadi di placoderm ini, yang kita lihat berkembang menjadi diri kita sendiri saat ini, seperti leher, bentuk dan susunan jantung dan posisinya di dalam tubuh."
Penemuan ini mengisi langkah penting dalam evolusi kehidupan di Bumi, menurut Dr Martin Brazeau, seorang ahli placoderm di Imperial College London, yang juga independen dari tim peneliti Australia.
"Sangat menyenangkan melihat hasil temuan ini," katanya.
"Ikan-ikan yang saya dan rekan-rekan pelajari adalah bagian dari evolusi kita. Ini adalah bagian dari evolusi manusia dan hewan lain yang hidup di darat dan ikan-ikan yang hidup di laut saat ini."
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum