Presiden Joe Biden mengumumkan pandemi Covid-19 di Amerika Serikat (AS) berakhir, kendati urusan belum benar-benar usai. Ucapannya menjadi polemik.
"Pandemi sudah berakhir. Kami masih punya masalah dengan Covid. Kami masih mengatasinya, tapi pandemi sudah berakhir," ujar Biden seperti dikutip AFP, Selasa (20/9/2022).
"Jika kalian lihat, tak ada lagi orang menggunakan masker. Semua orang tampaknya sehat, jadi rasa semuanya sudah berubah," Biden menambahkan.
Biden tak merinci dengan detail data mengenai tren penularan Covid-19 di AS dan bukti bahwa pandemi di negaranya sudah berakhir. Namun, pernyataan Biden ini senada dengan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang mengatakan bahwa akhir pandemi Covid-19 "sudah di depan mata."
Berdasarkan data Universitas Johns Hopkins yang dirujuk CNN, kasus Covid-19 di AS memang berangsur turun dalam dua pekan belakangan. Angka sekitar 65 ribu kasus per hari. Dari puluhan ribu kasus itu, sebagian besar bergejala ringan. Meski demikian, rata-rata kematian harian akibat Covid-19 di AS masih mencapai 400 orang.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS pun menyatakan kini lebih berfokus pada perawatan pasien bergejala parah ketimbang jaga jarak dan karantina.
Tetapi, sejumlah pihak tidak sepakat dengan pendapat Biden. Salah satunya, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Brown, Dr Megan Ranney. Dia merujuk jumlah kematian karena Covid-19 baru-baru ini.
Apakah pandemi BERBEDA? Tentu. Tapi berakhir? Dengan 400 kematian sehari?! Saya sebut omong kosong," cuit Ranney di akun Twitter.
Komentar senada disampaikan oleh ahli epidemiologi dan ekonom kesehatan Dr Eric Feigl-Ding. Dia bilang hampir seminggu terakhir angka kematian COVID-19 di AS masih tinggi.
"Dengan segala hormat, @JoeBiden - Anda salah. Pandemi belum berakhir. Hampir 3.000 orang Amerika meninggal karena #COVID19 setiap minggu," dia juga mencuit di Twitter.
Simak Video "Video Joe Biden Kanker Prostat dengan Skor Gleason 9, Apa Artinya?"
(fem/fem)