Bali punya tradisi yang unik. Salah satunya yaitu Omed-omedan, dimana pemuda-pemudi desa saling berciuman. Sebenarnya, bagaimana makna tradisi ini? Simak yuk!
Tradisi Omed-omedan biasa digelar di Desa Sesetan, Denpasar, Bali. Tradisi ini selalu menarik perhatian wisatawan. Tradisi ini cukup unik lantaran ratusan pemuda (teruna dan teruni) di desa itu akan saling berciuman.
Menurut tulisan I Nyoman Jayanegara dalam Jurnal Bali Membangun Bali (Volume 2 Nomor 2, Agustus 2019), tradisi ini awalnya dikenal dengan nama Med-medan. Pada tahun 2000-an nama tradisi ini disempurnakan menjadi Omed-omedan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Omed-omedan bukanlah ajang untuk mengumbar nafsu birahi. Warga Sesetan memaknai tradisi tersebut sebagai upaya untuk memperkuat rasa asah, asih, dan asuh antar warga, khususnya warga Banjar Kaja, Desa Sesetan.
Adapun omed-omedan dalam bahasa Indonesia berarti tarik-menarik. Tradisi Omed-omedan di Sesetan biasanya digelar saat ngembak gni atau sehari setelah perayaan Hari Raya Nyepi. Mereka yang terlibat dalam Omed-omedan adalah para anak muda berusia 17-30 tahun di desa tersebut.
Prosesi Pelaksanaan Omed-omedan
Sebelum Omed-omedan digelar, para peserta melakukan sembahyang bersama di pura. Acara kemudian dilanjutkan dengan pementasan Barong Bangkung. Setelah itu, barulah kelompok peserta memasuki pelataran Pura.
Omed-omedan dimulai dengan dua kelompok, yaitu kelompok laki-laki dan perempuan. Kelompok laki-laki dan perempuan pun dibuat saling berhadapan. Musik gamelan pun dimainkan. Beberapa saat kemudian, seorang petua desa memberikan aba-aba agar kedua kelompok saling mendekat.
![]() |
Saat itulah para peserta Omed-omedan dari masing-masing kelompok saling gelut (peluk), kemudian diman (cium), lalu siam (disiram air). Sementara itu peserta lainnya ngedengin alias tarik menarik.
Omed-omedan, saling kedengin, saling gelutin. Diman-diman...
Omed-omedan, besik ngelutin, ne len ngedengin. Diman-diman...
Demikian penggalan lirik lagu yang dinyanyikan para teruna (pemuda) dan teruni (pemudi) Desa Sesetan saat Omed-omedan digelar.
Selanjutnya: Asal Usul Tradisi Omed-omedan
Konon, tradisi Omed-omedan berasal dari warga Kerajaan Puri Oka yang terletak di Denpasar Selatan. Suatu hari, Raja Puri Oka yang sedang sakit keras marah-marah, sebab terganggu dengan adanya suara berisik dari kegiatan Omed-omedan yang awalnya hanya menjadi permainan.
Namun, begitu Sang Raja keluar dan melihat permainan omed-omedan ini, dia konon sembuh dari penyakitnya. Sejak itulah, Sang Raja memerintahkan warga agar omed-omedan diselenggarakan secara rutin setiap Ngembak Gni atau sehari selepas Hari Raya Nyepi.
Menurut cerita warga setempat, tradisi omed-omedan sempat tidak dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sesetan. Namun, muncul kejadian aneh, yaitu ada dua ekor babi yang saling berkelahi di depan pelataran Pura.
Kejadian itu pun dianggap sebagai sebuah pertanda buruk. Sejak saat itu tradisi Omed-omedan kembali digelar dan masih diwariskan hingga kini.
Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival
Sejak beberapa tahun terakhir, tradisi Omed-omedan dirangkai dengan kegiatan bertajuk Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival (SHOF). Pengunjung yang ingin menyaksikan Omed-omedan juga dapat menikmati rangkaian acara lainnya seperti pementasan seni hingga pertunjukan musik.
Tak hanya itu, festival ini juga menghadirkan sejumlah booth UMKM setempat.
Menurut tulisan I Wayan Didik Roy Mahardika berjudul Festival Heritage Omed-omedan sebagai Daya Tarik Wisata di Sesetan, Denpasar dalam Jurnal JUMPA (Volume 1 Nomor 2, Januari 2015), pelaksanaan SHOF tersebut menunjukkan tradisi Omed-omedan di Banjar Kaja Desa Sesetan sudah tersentuh modernisasi. Modernisasi yang dimaksud adalah perubahan manajemen dalam pengelolaan Omed-omedan menjadi semakin profesional dan terencana.
Itulah sebabnya, kegiatan tahunan ini sering ditunggu-tunggu dan menarik wisatawan Nusantara maupun wisatawan mancanegara.
----
Artikel ini telah naik di detikBali dan bisa dibaca selengkapnya di sini.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!