Inggris Krisis, Warga Berhemat Makan, Ada Pula yang Jadi PSK

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Inggris Krisis, Warga Berhemat Makan, Ada Pula yang Jadi PSK

Tim detikcom - detikTravel
Sabtu, 24 Sep 2022 17:33 WIB
A general view of a street on the day of the state funeral and burial of Britains Queen Elizabeth, in London, Britain, September 19, 2022.  REUTERS/Carlos Barria
Foto: REUTERS/Carlos Barria
Jakarta -

Banyak warga Inggris tidak hanya untuk menghemat makanan untuk menghadapi krisis. Mereka juga memilih menjadi pekerja seks komersial (PSK) untuk memenuhi kebutuhan.

Berdasarkan laporan Money Advice Trust dan dikutip dari CNN Indonesia, estimasi 20 persen orang dewasa Inggris menunggak pembayaran satu atau lebih tagihan rumah tangga. Estimasi itu setara dengan 10,9 juta orang.

Tak hanya itu, laporan ini menemukan bahwa 5,6 juta orang susah makan selama tiga bulan terakhir akibat kenaikan biaya hidup di Inggris, dikutip dari The Guardian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masyarakat memilih tak membeli makan, hanya makan satu kali sekali, atau bahkan tak makan sama sekali dalam beberapa hari. Ini dilakukan agar mereka bisa membayar tagihan listrik rumah tangga.

Selain itu, hampir delapan juta orang telah menjual barang personal atau barang rumah tangga mereka demi bisa membayar tagihan.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, semakin banyak perempuan Inggris bekerja sebagai pekerja seks komersial. Berdasarkan pemberitaan Sky News, telepon ke English Collective of Prostitutes naik hingga sepertiga pada musim panas tahun ini.

Organisasi tersebut merupakan gerakan bawah tanah untuk pekerja seks di Inggris. Mereka memberikan cara agar perempuan yang bekerja di sektor tersebut dapat menjaga dirinya tetap aman dan bekerja sesuai hukum.

"Kenaikan biaya hidup mendorong banyak perempuan saat ini bekerja di bidang seksual dengan berbagai jalan, entah di jalanan atau secara online," kata juru bicara lembaga tersebut, Niki Adams.

"Kita melihat masyarakat bekerja di ranah itu karena putus asa. Itu membuat mereka kurang bisa melindungi diri sendiri dari kekerasan dan eksploitasi," lanjutnya.

Adams menilai tak hanya membuat sejumlah perempuan baru memilih bekerja seks, krisis juga menyebabkan masyarakat yang sudah lepas dari pekerjaan itu kembali lagi.

"Mereka didorong ke [sektor] tersebut karena entah mereka kehilangan pekerjaan 'lurus' mereka akibat Covid-19, atau itu tidak menutupi apa yang mereka butuhkan untuk hidup," katanya.

Tak hanya Adams, CEO lembaga pendukung pekerja seks MASH, Annie Emery, mengakui lebih banyak perempuan menghubunginya untuk menjadi PSK demi bisa hidup dan mendapatkan tempat tinggal.

Emery menilai pandemi Covid-19 memang memperburuk kehidupan perempuan yang sudah berada dalam situasi sulit.

"Saat Covid-19 melanda, kami melihat kenaikan angka perempuan yang kehilangan pemasukan mereka hanya dalam waktu semalam, membutuhkan paket pangan darurat, yang diusir dari tempat tinggalnya, atau tak dapat melakukan isolasi," ujar Emery.

"MASH berdiri selama 30 tahun dan kami khawatir kami mulai kembali berhubungan dengan perempuan yang sebenarnya sudah lepas dari bidang pekerja seks bertahun-tahun lalu," kata dia.

"Jelas bahwa kesulitan finansial mereka membuat perempuan memiliki opsi yang terbatas," dia menambahkan.

Sebagaimana dilansir NPR, krisis biaya hidup di Inggris dimulai sejak akhir 2021, didorong oleh inflasi tinggi dan kondisi politik dunia. Pasokan gas di negara itu semakin mahal, salah satunya disebabkan oleh terhambatnya suplai akibat perang Rusia-Ukraina.

Padahal, warga Inggris mengandalkan gas untuk menyalakan listrik dan memanaskan rumah mereka, terlebih kala musim dingin.




(fem/fem)

Hide Ads