Begini Alur Perjalanan Indonesia-China, Penumpang Harus Pakai APD!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Begini Alur Perjalanan Indonesia-China, Penumpang Harus Pakai APD!

Yasmin Nurfadila - detikTravel
Sabtu, 01 Okt 2022 17:07 WIB
Pengalaman melakukan perjalanan dari Indonesia ke China.
Foto: Tangkapan Layar (TikTok @fransiscusario)
Jakarta -

China sudah membuka border untuk pelajar. Namun protokol perjalanannya masih sangat ketat. Begini alurnya.

China masih menjadi salah satu negara yang sangat menjaga perbatasannya. Hingga kini mereka belum membuka bordernya untuk keperluan wisata.

Akan tetapi, sejak tanggal 22 Agustus lalu China sudah mulai membuka bordernya untuk para pelajar internasional dan mereka yang memegang izin bisnis atau visa pekerja yang valid.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"22 Agustus: pelajar asing yang memegang izin tinggal pelajar yang valid sekarang sudah dapat memasuki China. Permohonan visa X1 juga sudah dapat dilakukan. Orang-orang yang memegang kartu perjalanan bisnis APEC yang valid dengan tujuan untuk melakukan kegiatan bisnis di China juga dapat memasuki China secara langsung menggunakan kartu APEC tersebut," begitu update informasi yang ditulis laman China Highlights.

Meski begitu, China tetap menerapkan serangkaian protokol kesehatan yang sangat ketat bagi para pendatang dari luar negeri. Salah seorang mahasiswa asal Indonesia sempat membagikan perjalanannya melalui TikTok.

ADVERTISEMENT

Mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan sarjana di University of Nottingham, China bernama Franciscus Ario itu membagikan perjalanannya sejak sebelum penerbangan hingga setelah ia tiba di China.

Ario melakukan penerbangan pada tanggal 21 September 2022. Ia mengikuti penerbangan charter menggunakan maskapai Sriwijaya Air.

Video unggahannya itu ia beri judul 'Perjalanan ke China Setelah Pandemi'. Per Jumat (30/9), video tersebut telah ditonton oleh lebih dari 70.000 pengguna.

Pengalaman melakukan perjalanan dari Indonesia ke China.Pengalaman melakukan perjalanan dari Indonesia ke China. Foto: Tangkapan Layar (TikTok @fransiscusario)

Dalam video tersebut Ario menjelaskan bahwa sebelum berangkat ia diharuskan untuk melakukan karantina selama 3 hari. Kemudian ia juga harus melakukan tes PCR sebanyak 2 kali saat di Jakarta.

PCR pertama dilakukan pada pukul 12 siang. Kemudian dilanjutkan dengan PCR kedua pada pukul 12 malam. Setelah dinyatakan negatif, barulah Ario dan rombongan pelajar lainnya berangkat ke bandara.

Setelah tiba di bandara dan memasuki pesawat, para penumpang diharuskan untuk mengenakan alat pelindung diri (APD).

"Di dalam pesawat gua harus pakai APD sesuai dengan kemauan pemerintah China," begitu penjelasan Ario dalam videonya.

Saat dikonfirmasi oleh detikTravel Ario menyampaikan ia tak mengetahui secara pasti mengenai ketentuan penggunaan APD tersebut. Hanya saja teman-temannya yang melakukan penerbangan di waktu yang berbeda pun menjalani protokol yang sama.

"APD wajib, saya tidak tahu itu aturan pemerintah China atau bukan. Tetapi kemarin
teman-teman saya yang berangkat pada tanggal 7 dan 28 September juga diharuskan untuk pakai," ujarnya saat dihubungi detikTravel, Kamis (29/9).

Protokol ketat ini tak hanya berlaku sebelum dan saat penerbangan. Setelah tiba di Bandara Internasional Hangzhou, China, Ario dan penumpang lainnya diharuskan untuk menunjukkan green code atau keterangan bahwa mereka telah mendapatkan hasil PCR negatif saat di Indonesia.

Pengalaman melakukan perjalanan dari Indonesia ke China.Pengalaman melakukan perjalanan dari Indonesia ke China. Foto: Tangkapan Layar (TikTok @fransiscusario)

"Untuk di Indonesia, protokol untuk berangkat hanya health declaration dari Chinese embassy di Indonesia. Saat sudah sampai di China, diperlukan health declaration dari pemerintah China. Lalu, akan di PCR di bandara," jelas Ario.

Selanjutnya: tes PCR ulang saat kedatangan

Kemudian sebelum menuju gerbang imigrasi, para penumpang harus melakukan tes PCR lagi untuk membuktikan bahwa mereka memang tak positif. Dari sini kemudian mereka melalui prosedur bandara pada umumnya, pengecekan di imigrasi serta mengambil bagasi.

Setelah itu barulah seluruh penumpang diantarkan ke hotel yang telah ditunjuk pemerintah China untuk melakukan karantina. Mereka diharuskan untuk menjalani karantina selama 7 hari.

Tak sampai di situ saja, dalam unggahannya Ario juga menjelaskan bahwa setelah karantina di hotel tersebut selesai ia masih harus menjalani karantina tambahan. Karantina kedua dijalankan di sekolah atau daerah tempat ia belajar dengan durasi yang sama, yakni selama 7 hari.

"Hotel tersebut untuk karantina. Kita akan karantina selama 14 malam. Bisa 7 malam di tempat mendarat dan 7 malam di hotel yang di tentukan oleh sekolah seperti saya. Kebetulan sekolah saya memiliki hotel sendiri jadi kami karantina 7 malam di hotel sekolah," ujarnya kepada detikTravel.

Meski begitu Ario juga mengungkapkan bahwa aturan karantina ini dapat berbeda tergantung dengan skema perjalanan serta aturan daerah masing-masing.

"Tergantung aturan provinsi masing-masing. Kebetulan saya harus karantina 7 malam di hotel yang ditunjuk oleh pemerintah kota tempat saya mendarat (Hangzhou) dan 7 malam di hotel sekolah. Kalau misalnya langsung sampai di kota tujuan, harus menjalani karantina selama 10 malam di hotel yang ditunjuk oleh pemerintah dan 4 malam di hotel yang ditunjuk oleh sekolah," lanjut Ario.

Kemudian untuk biaya perjalanan serta protokol yang harus dilakukan menurut Ario tergantung dari maskapai yang digunakan. Karena ia menggunakan penerbangan charter, maka harga tiket yang dibayarkan sudah termasuk seluruh rangkaian dan keperluan protokol kesehatan.

"Kalau dengan pencharter, saya bayar tiket sudah termasuk karantina 3 hari 2 malam di Jakarta, PCR 2 kali di rumah sakit yang ditentukan oleh Pemerintah China, berikut dengan hazmat dan lain-lain," ujarnya.

Saat ditanya mengenai pilihannya menggunakan pesawat charter, Ario menerangkan bahwa dari segi harga, penerbangan yang dipilihnya lebih terjangkau dibandingkan dengan penerbangan komersil.

"Pada waktu itu kebetulan banyak penerbangan dari maskapai yang menyediakan penerbangan langsung dari Indonesia ke China yang bisa dibeli, seperti China Southern, China Eastern, Xiamen Air. Namun, jika menggunakan penerbangan charter, semua sudah diurus oleh pihak pencharter, dan pada saat itu harga juga lebih murah daripada maskapai-maskapai diatas," sambung Ario.

Sementara itu, untuk biaya karantina selama di China lagi-lagi tergantung dari hotel yang dipilihkan oleh pemerintah setempat. Tapi dari biaya makan sendiri menurutnya kurang lebih akan sama.

"Biaya karantina akan berbeda tergantung tempat yang di unjuk oleh pemerintah. Per malam
rangenya sekitar 150 yuan hingga 300 yuan. Kalau harga makanan kurang lebih akan sama. 20 yuan untuk breakfast, 40 yuan untuk lunch, dan 40 yuan untuk dinner. Akan ada juga biaya transport dari airport ke tempat karantina yang ditentukan oleh pemerintah dan transport setelah keluar dari tempat karantina," ujarnya.

Nah, bagi traveler yang akan melakukan perjalanan bisnis atau pun belajar di China. Maka seperti itulah alur perjalanan yang perlu dilalui sejak di Indonesia hingga sampai di China.



Simak Video "Tiba dan Menikmati Keindahan Danau Love di Jayapura, Papua"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads