Satu-satunya Geopark Penghasil Intan, Dekat IKN, dan Terancam Tambang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Satu-satunya Geopark Penghasil Intan, Dekat IKN, dan Terancam Tambang

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Rabu, 05 Okt 2022 22:41 WIB
Sejumlah pengunjung berada di puncak wisata Bukit Batu Langara di kawasan Geopark Meratus, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Minggu (17/10/2021). Pemprov Kalsel tengah mengajukan Geopark Meratus untuk menjadi UNESCO Global Geopark (UGG) dengan potensi keberagaman geologi, biologi, dan budaya yang dimilikinya dan penilaian oleh badan PBB tersebut akan dilakukan pada tahun 2022. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz
Geopark Meratus (Foto: ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S)
Jakarta -

Geopark Meratus di Kalimantan Selatan bisa jadi satu-satunya geopark di Indonesia yang menghasilkan intan. Meski dekat dengan ibu kota negara (IKN) baru, keberadaannya terancam oleh tambang.

Destinasi itu memiliki 70 titik geosite yang potensial yang tersebar di satu provinsi. Geopark Meratus sudah diusulkan ke UGG dengan 11 titik geosite berskala internasional, dan 22 titik untuk kelas nasional.

"Contohnya yang potensial ada penambangan intan. Karena proses tumbukan membentuk tekanan dan panas yang tinggi, maka proses itu bisa membentuk intan," kata Dr Jatmiko Setiawan, ketua jurusan Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta yang tergabung dalam tim membuat Geopark Meratus terdaftar di UNESCO Global Geopark (UGG).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masih ada penambangannya di Martapura. Penambangan rakyat atau tradisional, dan itu ada satu kawasan yang dibeli oleh pemerintah daerah dibuat konservasi dan wisata, dibuat penambangan jadul bagaimana traveler bisa mendulang di sana," kata dia, Rabu (5/10/2022).

Tak hanya tambang, di situ pula terdapat penggosokan intan hingga penjualan. Intan dengan kualitas 23 karat ke atas harganya bisa puluhan juta dan Meratus menjadi satu-satunya destinasi di Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Geosite itu yang berkelas internasional. Contoh lain di titik paling ujung di Geopark Meratus, ada kawasan yang dulunya bebatuan dari kedalaman 6.000 meter sekarang menjulang setinggi 1.500 meter," imbuh dia.

"Kita memilih satu kawasan bisa melihat kota, 360 derajat, juga ada peninggalan rumah Belanda juga batuannya sebagai geosite. Lalu biologinya adalah pepohonan besar di ofiolit. Lalu soal kultur selain peninggalan kuno ada rumah adat dayak, tarian dayak, anyaman, juga pakaian adatnya dan semuanya bisa dijual," urai dia.

Di sisi hayati, Geopark Meratus juga memiliki hewan endemik yakni bekantan. Ada pula kijang dengan tanduk panjang, pohon ulin juga pepohonan asli Kalimantan.

Pameran foto Geopark MeratusPameran foto Geopark Meratus di Jakarta (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

Selanjutnya Ancaman Geopark Meratus

Jatmiko menyebut ancaman Geopark di Kalsel adalah izin pertambangan besar. Karena, jika ada keberadaan tambang batubara hingga emas itu atas izin pemerintah pusat.

"Nah provinsi tidak berkuasa untuk menolaknya jika sudah ada izin tambang itu. Untuk menguranginya kita buat wisata seperti ini. Kemudian jika ada tambang, dan hasil akhirnya harus menyisakan sisa tambang yang bisa dibuat geowisata edukasi," kata dia.

"Lapisan bumi yang bisa menghasilkan batubara itu seperti apa. Kejadiannya bagaimana dan sebagainya. Mereka bisa melihat kalau lapisan seperti bisa menghasilkan batubara sampai minyak," imbuh Jatmiko.

"Kalau sisanya ada danau ya kita kemas untuk kano. Seperti di Malaysia ada tambang timah di Selangor itu sekarang dikelilingi mal sampai lapangan sepakbola dan perumahan elit. Itu dulu tambang timah terbuka terbesar di dunia," kata dia lagi.

"Jadi hasil akhirnya bisa wisata nasional maupun internasional. Sekarang kita mencoba mengurangi izin tambang sehingga Geopark Meratus menjadi pembangunan berkelanjutan dan konservasi hingga berdampak baik pada ekonomi masyarakat. Itulah kenapa Geopark Meratus harus menjadi UGG," jelas dia.

Ke depan, Geopark Meratus ingin mengembangkan titik geosite yang sudah dinilai, puluhan tadi. Pihaknya akan membangun akses juga kelengkapan, seperti papan penunjuknya.

"Pengelola di Sultan Adam ada dari Perhutani dan Pokdarwis. Karena ditiap titik, berkaca dari Yogyakarta, tiap titik geosite bisa menghasilkan Rp 2-10 miliar per tahun," terang dia.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Mengisi Tenaga dengan Hidangan Lezat di Banjarmasin"
[Gambas:Video 20detik]
(msl/ddn)

Hide Ads