Kepala batu yang menjulang tinggi di Pulau Paskah dan situs arkeologi lainnya telah hangus dilalap api. Kerusakannya sangat parah hingga tidak bisa diperbaiki.
Hal itu dibenarkan oleh otoritas lokal dan Chile. Kebakarannya sendiri disebabkan oleh gunung berapi Rano Raraku di dekatnya, mengutip CNN, Senin (10/10/2022).
Kebakaran itu terjadi pada Senin lalu dan menghancurkan lebih dari 100 hektar lahan di Pulau Paskah. Patung batu terkenal yang dikenal sebagai Moai dibuat oleh suku Polinesia lebih dari 500 tahun yang lalu, penduduk asli.
Ariki Tepano, yang menjabat sebagai direktur komunitas adat Ma'u Henua yang mengelola Taman Alam Rapa Nui, menggambarkan kerusakan itu sebagai hal yang tidak dapat diperbaiki. Dan, ia memperingatkan bahwa konsekuensinya melampaui apa yang bisa dilihat mata.
Taman Nasional Rapa Nui adalah kawasan lindung yang menampilkan warisan budaya Rapa Nui. Pulau itu terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO dan terletak sekitar 3.500 km di lepas pantai Chile.
Itu adalah pulau berpenghuni paling terpencil di planet ini. Pulau Paskah telah lama menjadi tujuan daftar ember bagi para pelancong dari seluruh dunia, terutama karena monumen Moai raksasa.
Wakil Sekretaris Warisan Budaya Chile Carolina Pérez Dattari mengatakan bahwa pejabat dari Dewan Monumen Nasional (CNM) negara itu sedang menilai kerusakan dari kebakaran pada patung-patung batu suci di pulau itu.
Komposisi patung dapat terkena dampak buruk dari paparan suhu tinggi yang dapat membuat retakan besar yang mempengaruhi keadaan batu Moai.
Taman nasional pulau itu memiliki 386 Moai yang diukir dari batu basal padat. Saat situs ini tertutup bagi wisatawan dan sementara para konservasionis menyelidiki tingkat kerusakannya, dewan Rapa Nui mengkonfirmasi dalam sebuah unggahan di Facebook.
Tidak lama sebelum pandemi virus corona menghentikan perjalanan, Pulau Paskah bergulat dengan serangkaian perilaku buruk dari para turis. Dua tahun lalu, seorang penduduk pulau Chile ditangkap setelah truknya menabrak salah satu patung.
Pelaut Polinesia pertama kali tiba di Rapa Nui sekitar 900 tahun yang lalu, dan telah lama membuat para peneliti penasaran mengapa patung-patung besar itu ditempatkan di tempat mereka berada saat ini.
Tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa patung-patung itu dapat dihubungkan ke tempat pemukim pulau menemukan mata air air tawar bawah laut.
Simak Video "Video Belajar dari Tragedi Hilangnya Hutan Pulau Paskah Imbas Deforestasi"
(msl/fem)