Siapakah Penghuni Pulau Paskah yang Punya Banyak Patung Raksasa?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Siapakah Penghuni Pulau Paskah yang Punya Banyak Patung Raksasa?

Hari Suroto - detikTravel
Senin, 05 Apr 2021 12:08 WIB
Patung Moai di Pulau Paskah
Patung raksasa di Pulau Paskah, ada yang ukurannya 10 meter dengan berat belasan tonFoto: (iStock)
Jakarta -

Pulau Paskah terletak di sebelah barat Chili, nampak di Google Maps seperti sebuah titik kecil di kawasan Samudera Pasifik sebelah selatan.

Pulau Paskah dikenal sebagai Easter Island atau dalam bahasa setempat disebut Rapa Nui. Pulau ini terkenal memiliki patung Moai (batu wajah) yang ikonik.

Pulau Paskah mulai dikenal di dunia, sejak pelaut Belanda Jacob Roggeveen mencapai Pulau ini pada 1722. Hingga saat ini para peneliti belum satu kata terkait asal-usul penduduk pertama Pulau Paskah. Apakah mereka berlayar dari daratan Amerika Selatan atau dari Polinesia Tengah ke utara dan barat?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sungguh menakutkan membayangkan perjalanan dengan perahu ke Pulau Paskah di Samudera Pasifik yang luas itu dari segala arah, yang akan memakan waktu minimal dua minggu, menempuh beberapa ribu mil lautan yang tampaknya tak berujung.

Patung Moai di Pulau PaskahPatung Moai di Pulau Paskah Foto: (iStock)

Para ahli bahasa memperkirakan penduduk pertama Pulau Paskah tiba sekitar 1.600 tahun yang lalu, mereka berasal dari Polinesia Timur. Sementara itu hasil penelitian arkeologi menunjukkan bahwa Pulau Paskah mulai dihuni sekitar 1.300 hingga 1.200 tahun yang lalu. Sedangkan hasil tes DNA dari 12 kerangka yang ditemukan di situs arkeologi Pulau Paskah menunjukkan mereka berasal dari Polinesia.

ADVERTISEMENT

Menurut salah satu mitos yang dipercaya di Pulau Paskah, sekitar 1.500 tahun yang lalu seorang ariki (raja) bernama Hotu Matu'a atau Orang Tua yang Agung berlayar ke Pulau Paskah dengan perahu bercadik dari sebuah Pulau Polinesia yang tidak diketahui bersama istri dan keluarga besarnya.

Hotu Matu'a dan keluarganya mendarat di Pantai Anakena, Pulau Paskah. Te-Pito-te-Henua atau "ujung negeri" adalah nama awal pulau ini. Hotu Matu'a mungkin seorang pemimpin yang hebat, mencari pulau baru untuk dihuni rakyatnya, atau dia mungkin telah melarikan diri dari sebuah pulau di Pasifik yang sering terjadi perang antar kelompok.

Pemukim Polinesia awal memiliki banyak motivasi untuk mencari pulau baru di seberang lautan yang berbahaya. Jelas bahwa mereka pasti berasal dari budaya pelaut, menguasai teknik navigasi jarak jauh, mengenal teknologi perahu layar bercadik, memiliki sistem organisasi yang terstruktur dan tentu saja rela mempertaruhkan nyawa untuk mencari tanah yang belum ditemukan.

Semakin jauh suatu tempat dari daratan, semakin sedikit pula sumber makanan yang bisa ditemukan di situ, sehingga dalam berlayar mereka membawa beberapa jenis tanaman yaitu pisang, keladi dan mungkin juga ubi jalar, yang kemudian mereka tanam di Pulau Paskah.

Pada abad ke-18, ketika pelaut Eropa pertama kali menjelajahi Pasifik dan berlayar dari pulau ke pulau, mereka memperhatikan bahwa orang-orang dari berbagai pulau, tidak peduli seberapa jauh, memiliki kebiasaan yang sama.

Penduduk tampak mirip dalam penampilan, dan mereka sering dapat memahami satu sama lain, meskipun mereka berasal dari pulau-pulau yang terpisah ribuan mil. Hubungan linguistik ini menunjuk pada ikatan silsilah yang mengikat orang-orang Pasifik satu sama lain.

----

Hari Suroto

Balai Arkeologi Papua

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Belajar dari Tragedi Hilangnya Hutan Pulau Paskah Imbas Deforestasi"
[Gambas:Video 20detik]
(ddn/ddn)

Hide Ads