Pantai Marunda di Jakarta Utara kerap didatangi wisatawan yang ingin menikmati wisata murah meriah. Sayang, kondisi pantai ini penuh sampah.
Mungkin tak banyak yang tahu, sepelemparan batu dari Rusun Marunda, terdapat sebuah destinasi wisata bernama Pantai Marunda. Kendati disebut pantai, tempat ini hampir tak memiliki pasir yang biasanya digunakan wisatawan bersantai. Wisatawan yang ingin nongkrong di sana, duduk di atas beton yang menjadi tanggul agar air laut tak masuk ke permukiman warga.
Destinasi wisata ini terbilang sangat sederhana. Tak ada tiket masuk alias gratis. Hanya saja wisatawan perlu membayar biaya parkir sebesar Rp 3 ribu untuk motor dan Rp 5 ribu untuk mobil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memasuki area pantai, wisatawan akan menemukan deretan warung makan milik warga. Mereka umumnya menjajakan olahan ikan laut dan kerang.
![]() |
Saat detikTravel datang ke sana, kesan pertama yang terlihat adalah tempat wisata ini tampak tak terurus. Terlihat banyak sampah yang dibiarkan saja menumpuk.
Kehadiran sampah ini tentu mengganggu wisatawan yang datang. Misalnya dua wisatawan asal Cilincing yakni Dela dan Yemima yang berniat bersantai di sana namun terusik sampah yang mengotori pantai.
"Lautnya nggak terlalu bagus karena banyak sampah," kata Yemima.
"Kalau dibandingkan dengan Ancol, lebih bagus dan lebih bersih di sana," ujar Dela.
![]() |
Namun keduanya memaklumi kondisi ini karena Pantai Marunda memang dikelola sendiri oleh masyarakat. Mereka masuk ke sana pun gratis karena datang dengan berjalan kaki.
Dela dan Yemima yang masih duduk di kelas XI SMA ini mengungkapkan, mereka tahu keberadaan pantai ini karena ada teman mereka yang tinggal di Marunda. Lalu karena lokasinya dekat dari rumah, mereka memilih datang ke sana.
"Sehabis pulang sekolah, pikiran capek karena banyak tugas, jadi mau rileks ke tempat-tempat yang santai seperti di sini," ujar Yemima.
"Mau liburan tapi nggak boleh jauh-jauh ke luar kota. Jadi lebih baik ke sini yang dekat dari rumah," kata Dela.
Pantai Marunda sendiri biasanya ramai dikunjungi pada akhir pekan. Sementara bila hari-hari biasa suasananya sepi dan hanya disinggahi warga sekitar.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!