Bergelut dengan buku dan kertas tua menjadi hal biasa bagi Sri Tanjung Sugiarti Tarka. Mahasiswi asal Indramayu, Jawa Barat itu gemar menerjemahkan naskah kuno untuk dikenalkan kepada generasi milenial.
Di tengah kesibukannya menyelesaikan tugas akhir S1 Sejarah Peradaban Islam di IAIN Cirebon, Tanjung akrab sapaan gadis asal Desa Cikedung Lor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu itu, sering ke rumah-rumah masyarakat. Ia dan tim Sanggar di antaranya Kang Tarjaya, Om Edi, Ki Lebe Warki dan Mas Fajar hadir untuk menerjemahkan tulisan kuno atau manuskrip.
Sejak tahun 2020 lalu, gadis kelahiran 7 Agustus 1998 itu juga rajin menyalin naskah kuno di Perpusda Indramayu. Ribuan kata telah ia terjemahkan dan dialihbahasakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun lalu lumayan banyak, kalau tahun 2022 awal sampai sekarang baru selesai 3 naskah kuno yang diterjemahkan," kata Sri Tanjung Sugiarti Tarka, Rabu (26/10/2022).
Bagi Tanjung, aktivitas itu ia lakukan sukarela. Selain karena kecintaan, bergelut dengan naskah kuno ternyata sudah ia alami sejak masih kecil bersama almarhum ayahandanya dulu.
Tanjung sendiri memimpin Sanggar Aksara Jawa Surya Pringga Dermayu. Peran itu jadi tantangan tersendiri baginya. Selain dituntut mampu mengenal aksara kuno, ia juga harus bisa mengenali karakter masyarakat. Sebab, tidak semua pemilik naskah kuno mau menunjukkan naskah tersebut.
"Kalau alih aksara harus memahami tulisan dari aksara itu, kalau menerjemahkan ke bahasa Indonesia juga harus memahami bahasa zaman dulu. Karena bahasa Jawa dulu itu beda dengan sekarang," ujar Tanjung.
"Contohnya kata isin, kalau di naskah itu lingsem yang artinya malu," lanjut Tanjung sambil menunjuk tulisan di naskah kuno.
Kemampuannya pada bidang terjemah naskah kuno menjadi kebanggaan tersendiri bagi puteri pertama pasangan Ki Tarka Suta Raharja dan Uripah tersebut. Sebab, bagi Tanjung naskah kuno ini dibuat leluhur bukan dengan percuma, melainkan banyak ilmu yang dipelajari hingga saat ini.
"Kalau menurut saya, banyak manfaatnya untuk menggali potensi leluhur karena mereka tidak meninggalkan naskah itu tidak asal dan percuma. Sekarang kita harus mampu mengeksplor sehingga bisa di baca oleh generasi sekarang," kata Tanjung.
Sehingga, tidak hanya menerjemahkan dan menulis alih aksara, Tanjung bersama timnya juga memberikan edukasi kepada pemilik naskah kuno. Tujuannya agar mereka bisa merawat warisan leluhur dan kandungannya bisa dipelajari generasi milenial saat ini.
(sym/sym)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum