Jika liburan ke Turki, traveler akan melihat banyak mobil diparkir begitu saja di pinggir jalan. Banyak juga sopir yang menyetir ugal-ugalan. Jangan kaget ya!
Pertama kali menginjakkan kaki di Turki, traveler akan mengalami banyak gegar budaya alias Shock Culture, Terutama jika keluar dari bandara Istanbul. Traveler akan langsung berjumpa dengan kemacetan.
Ya, kota Istanbul memang akrab dengan kemacetan. Tak jauh beda dengan Jakarta lah. Jam-jam macetnya pun sama. Pagi hari saat orang berangkat ke kantor dan sore hari saat orang pulang kantor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini berlangsung hampir setiap hari. Di akhir pekan, kemacetan makin parah, apalagi jika ada pertandingan sepakbola. Di kota Istanbul sendiri ada 3 klub bola besar, yaitu Galatasaray, Besiktas dan Istanbul Basaksehir.
Jalanan di sekitar stadion bisa dipastikan akan macet panjang dan nyaris tak bergerak. Jika sudah begitu, lebih baik traveler mencari alternatif lain daripada macet-macetan di jalan.
![]() |
Satu hal lagi yang detikTravel perhatikan adalah orang Turki biasa memarkirkan mobil mereka begitu saja di pinggir jalan. Meski ada tempat parkir mobil umum, namun mereka lebih suka parkir di pinggir jalan.
Ketika saya ngobrol dengan warga Istanbul bernama Emre, dia menyebut parkir di pinggir jalan memang tidak bayar, jadi warga setempat lebih suka parkir yang gratis.
"Tergantung lokasinya juga sih. Ada yang gratis, tapi ada juga yang bayar. Kalau seperti di depan perumahan itu gratis. Kebanyakan memang gratis. Orang tentu lebih suka parkir yang gratis," kata Emre.
![]() |
Emre sendiri lebih memilih memarkirkan mobilnya di tempat yang berbayar karena keamanannya lebih terjamin. Selain itu, resiko pencurian juga bisa diminimalisasi.
"Saya lebih memilih parkir di gedung parkir berbayar. Selain lebih aman, juga lebih tidak beresiko. Meski lebih mahal sedikit," jelas Emre.
Satu lagi yang detikTravel perhatikan, banyak pengemudi mobil di Turki yang nyetirnya ugal-ugalan, termasuk sopir mobil rental yang detikTravel naiki. Mobil-mobil yang seliweran di jalanan kota Istanbul juga rata-rata tidak mulus lagi, alias penuh dengan bopeng-bopeng dan penyok bekas tabrakan. Mereka suka ngebut dan memacu kendaraan secepat mungkin.
Bahkan jika kita menyeberang jalan, lebih baik kita yang mengalah daripada nanti ditabrak mobil. Pengemudi mobil di sini jika sedang tidak ingin memberi jalan, mereka malah akan tancap gas walaupun kita sudah memberi tanda ingin menyeberang.
"Huft, memang seperti itu. Lebih baik kita yang berhati-hati ketika menghadapi mereka. Ngalah saja jika mereka tidak mau berhenti," ujar Yevuz, pemandu wisata kami.
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum