Gunung Sanggabuana yang terletak di Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat tidak hanya menjadi habitat macan tutul. Gunung itu juga ditinggali ular naga.
Bukan ular naga bak di film dongeng atau seperti yang dimitoskan selama ini, reptil berdarah dingin bernama latin Xenodermus javanicus ini memiliki ukuran relatif kecil. Ular ini juga tidak bisa menyemburkan api dan berbisa.
Tim Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) pertama kali menemukan ular ini pada akhir Oktober 2022. Ular itu ditemukan saat akan menelan katak di wilayah Curug Cikoleangkak di Puncak Sempur, Pegunungan Sanggabuana, Kecamatan Tegalwaru, Karawang.
"Sebenarnya ular ini ditemukan tidak sengaja, dan sebelumnya saya sudah mencari keberadaan ular naga jawa ini sejak setahun yang lalu. Kami mencari sejak dari Curug Cipanunda di atas Kampung Tipar, yang ada di wilayah Karawang sampai di Curug Cimata Indung yang hutannya masuk wilayah Purwakarta," kata Kepala Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati SCF Uce Sukendar kepada detikJabar belum lama ini.
Ular naga Jawa adalah ular jenis kecil pemakan ikan dan katak atau kodok. Biasanya ular ini dapat ditemui di dataran tinggi 1.000 mdpl. Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati SCF Deby Sugiri mengatakan, ular naga yang ditemukan itu merupakan hewan endemik asli Pulau Jawa.
"Ular naga ini adalah jenis ular dari family Xenodermidae. Ular ini ditemukan dengan ukuran panjang sekitar 50 Centimeter dan merupakan satwa endemik Jawa," kata Deby.
Temuan ular naga Jawa ini menambah daftar temuan hasil eksplorasi, yang selanjutnya akan dikaji dalam bahan usulan perubahan status Pegunungan Sanggabuana menjadi kawasan pelestarian alam berbentuk Taman Nasional.
"Satwa unik ini menambah daftar keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana yang sedang kami kaji untuk bahan usulan perubahan status kawasan Pegunungan Sanggabuana menjadi Kawasan Taman Nasional," ujarnya.
Sementara jika dilihat dari fisik, ular naga ini memiliki sisik menyerupai tanduk. Tak jarang karena bentuknya unik ular ini kerap dikaitkan dengan makhluk mitologi.
"Kenapa dikaitkan dengan mitologi ular naga, ya karena bentuk sisiknya aja, tapi itu umum. Orang menyebutkan naga cuma istilah mitologi sebetulnya, dari suatu makhluk dan bisa dikaitkan ke mana-mana. Salah satunya sisik berlunas kayak tanduk itu," kata peneliti Herpetologi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Amir Hamidy.
Terkait mitologi Amir menyebut, tidak hanya ular, hewan lain yang punya sisik serupa juga banyak disebut dengan istilah naga seperti Komodo Dragon.
"Banyak yang disebut naga itu ada beberapa nggak cuma ular itu aja, ada Komodo Dragon. Si ular ini unik, punya sisik berlunas makanya disebut naga. Jadi nggak mengherankan, sudah biasa ular ini, tapi memang hidupnya di pegunungan yang sungai kecil berbatu ini," kata dia.
Menurutnya, sisik berlunas pada ular naga punya fungsi untuk bisa berjalan dan beraktivitas di bebatuan. "Kenapa sisiknya berlunas seperti itu, ya itu adaptasi dia di bebatuan agar bisa bergerak dengan tumpuan sisik yang bertonjol-tonjol itu," ucap Amir.
Amir juga mengatakan jika ular naga dianggap sebagai spesies ular biasa. Selain itu, ular tersebut banyak ditemukan tidak hanya di Pulau Jawa, namun juga tersebar di Sumatera, Kalimantan bahkan hingga Malaysia dan Myanmar.
"Ada di Myanmar, Malaysia kemudian Jawa, Sumatera, Kalimantan jadi sebarannya luas di Indonesia ya," dia menjelaskan.
Simak Video "Video: Berkemah di Kampung Ikan Lembah Tanjung Subang"
(fem/fem)