Kisah Mbah Tobron, 80 Tahun Mencintai Reog Ponorogo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Mbah Tobron, 80 Tahun Mencintai Reog Ponorogo

Putu Intan - detikTravel
Selasa, 08 Nov 2022 10:12 WIB
Sesepuh Reog Ponorogo, Ahmad Tobroni atau Mbah Tobron
Foto Mbah Tobron. Foto: Putu Intan/detikcom
Ponorogo -

Tak lekang oleh waktu agaknya menjadi ungkapan yang pas untuk menggambarkan rasa cinta Mbah Tobron pada Reog Ponorogo. Meski usia telah senja, ia masih semangat melestarikan kesenian ini.

Bagi pelaku kesenian Reog Ponorogo, nama Mbah Tobron sudah tak asing di telinga. Pria bernama asli Haji Ahmad Tobroni itu sudah puluhan tahun malang melintang di dunia pertunjukan Reog Ponorogo.

Karena namanya begitu masyhur, tak afdal bila detikcom tak mampir ke kediamannya di Rumah Makan Bantarangin, Ponorogo. Saat kami datang pada akhir Oktober lalu, kondisi kesehatan Mbah Tobron tengah menurun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia hanya sanggup berbaring di kasur karena kakinya lumpuh. Istrinya mengatakan, kelumpuhan ini dialami setelah Mbah Tobron terinfeksi COVID-19.

Selain itu, untuk pernapasan, Mbah Tobron dibantu selang yang mengalirkan oksigen dari tabung. Pendengaran pria berusia 87 tahun itu juga sudah berkurang karena faktor usia.

ADVERTISEMENT
Sesepuh Reog Ponorogo H. Ahmad Tobroni atau Mbah TobronSesepuh Reog Ponorogo H. Ahmad Tobroni atau Mbah Tobron. Foto: Putu Intan/detikcom

Dalam kondisi sulit, Mbah Tobron masih sanggup menceritakan perjalanannya melestarikan Reog Ponorogo. Kata dia, ketertarikannya terhadap reog sudah dimulai sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Rakyat Nahdatul Ulama.

"Mulai tahun 1942 saya senang reog," kenangnya.

Ketertarikan pada reog itu dimulai dari alunan gamelan yang membuatnya hatinya bergetar. Ia selalu ingin mendekati reog setiap mendengar suara tersebut.

"Akhirnya semakin bertambah umur, pada tahun 1948 saya mulai mengenal reog, karena usia sudah kelas 5 SD," kata dia.

Saat itu, Mbah Tobron mulai mengerti pertunjukan reog dan mampu menilai pertunjukan hingga pemain reog yang bagus. Mbah Tobron juga sempat menjadi gemblak, sosok anak laki-laki yang menemani warok, untuk kemudian dididik menjadi penari jathil.

"Saya dari dulu senang jathil. Jathil dulu idolanya warok. Saya jadi jathil 2 tahun dengan Mbah Mardi Dunopati," ujarnya.

Sesepuh Reog Ponorogo Ahmad Tobroni atau Mbah TobronSesepuh Reog Ponorogo Ahmad Tobroni atau Mbah Tobron. Foto: Putu Intan/detikcom

Ketika itu, Mbah Tobron merasa senang karena dibonceng sepeda, diajak menonton pertunjukan reog, wayang hingga menonton bioskop. Menurutnya, sosok gemblak ini punya tugas untuk menyenangkan hati para warok.

"Dia sebagai penghibur waroknya," kata dia.

Kemudian pada tahun 1956, Mbah Tobron kuliah di Yogyakarta. Ia baru menekuni reog lagi saat kembali ke Ponorogo pada 1959.

Setelah menikah dan berbisnis batik, Mbah Tobron membentuk grup reog. Dirinya juga aktif dalam organisasi reog. Ia bahkan menjadi salah satu koordinator Reog Ponorogo hingga 2021.

Semasa aktif, Mbah Tobron beberapa kali singgah ke Amerika Serikat untuk mempromosikan Reog Ponorogo. Salah satu kenangannya saat datang ke Suriname sekitar tahun 1976. Kala itu, ia mengajari warga Suriname menari reog.

"Sebagai Ketua Inti, Insan yang Taqwa Ilahi, saya berangkat ke Pasadena Amerika, waktu itu ada karnaval bunga. Sekitar tahun 1976. Terus saya dikirim ke Suriname. Selama 70 hari melatih reog karena waktu itu Pak Harto datang menyerahkan bantuan rumah joglo," ia bercerita.

"Pak Harto sampai heran, orang sana kok bisa (menari reog). Lah orang sana lebih gemulai lho," ujarnya.

Sesepuh Reog Ponorogo Ahmad Tobroni atau Mbah TobronSesepuh Reog Ponorogo Ahmad Tobroni atau Mbah Tobron. Foto: Putu Intan/detikcom

Berkat dedikasinya pada Reog Ponorogo, masyarakat menyebutnya sebagai warok. Namun Mbah Tobron sendiri enggan menyebut dirinya sendiri sebagai warok.

"Warok ya orang biasa dalam kelompok komunitas reog. Orang yang mempunyai pikiran maju dinamakan warok. Kalau dalam komunitas Islam, orang maju dinamakan kyai. Jadi semua itu sama saja asalkan ikhlas," ucapnya.

Meskipun sekarang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, Mbah Tobron masih berkomunikasi dengan teman-temannya membahas Reog Ponorogo lewat Whatsapp. Mbah Tobron berpesan agar makna Reog Ponorogo yang adiluhung terus dijaga. Ia menyayangkan praktik reog yang tidak senonoh.

"Reog tampilan panggung dipakai sebagai pedoman dasar. Tapi kalau dikembangkan anak-anak muda sekarang, rusak. Main reog pakai celana sampai di sini (paha), terus saweran. Itu yang rusak. Kalau penguasanya tidak cepat sadar bahwa ini mengganggu stabilitas, anak muda akan terus seperti itu," pungkasnya.




(pin/ddn)

Hide Ads