Sebanyak 33 tempat hiburan malam di Pangandaran bakal ditutup oleh pemkab setempat. Salah seorang PSK pun curhat soal nasibnya jika penutupan itu benar terjadi.
Pemkab Pangandaran mengirimkan surat penertiban kepada pelaku usaha hiburan malam untuk menutup usahanya. Kepala Satpol PP Kabupaten Pangandaran, Dedih Rakhmat mengatakan, sesuai kebijakan bersama unsur pimpinan daerah, menugaskan sesuai tupoksi Satpol PP untuk menertibkan tempat hiburan malam di Pantai Pangandaran.
"Untuk penutupan tempat hiburan dilakukan dengan cara yang halus. Kami lakukan cara pendekatan. Saat ini baru pendataan dan pendekatan secara lisan. Dari 33 tempat hiburan, beberapa owner sudah ada yang menyetujui terkait kebijakan pemerintah. Jadi kami tutup, tidak boleh buka dan dilarang membuka usaha yang sama," kata Dedih, Senin (7/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
33 Tempat hiburan malam itu berada di Pasar Wisata Pamugaran Pangandaran dan Pantai Batuhiu, Kecamatan Parigi. Kebijakan menutup tempat hiburan malam itu tentu saja membuat Mawar (bukan nama sebenarnya) bingung bukan kepalang.
Mawar sama sekali belum terpikir akan bekerja apa jika tempat dia mencari nafkah akan ditutup Pemkab Pangandaran. Selama ini, menjajakan diri jadi satu-satunya mata pencaharian Mawar.
"Bingung aja saya harus kerja apa nantinya," ujarnya.
Mawar pun menceritakan awal mula soal kehidupan kelamnya dan mengapa dia sampai terjun ke lembah hitam itu.
"Beberapa tahun lalu saya bercerai karena kondisi ekonomi keluarga, ketiga anak disimpan di rumah nenek di Tasikmalaya," kata Mawar saat dihubungi, Senin (7/11/2022).
Mawar pun mengungkapkan betapa sulitnya mencari uang. Belum lagi mental yang terganggu karena ingat ada anak yang harus dinafkahi.
"Menjadi PSK memang bukan sebuah pilihan yang tepat, tetapi jika hal itu menjadi pundi uang, apa boleh buat," ucapnya.
Selama bekerja menjadi 'selimut hidup', Mawar biasa dibayar Rp 300-500 ribu sekali kencan. Jika hanya menjadi pemandu lagu karaoke, ia hanya mendapatkan Rp 100-200 ribu.
"Ya belum kalau dari hasil saweran," ungkapnya.
Penghasilan yang didapatkan itu selanjutnya akan diberikan kepada anaknya di Tasikmalaya. Sebagian lagi dipakai untuk dirinya menyambung hidup di Pangandaran.
Ia pun berharap mendapatkan perhatian pemerintah. Sebab ia sudah kebingungan mencari penghasilan jika tempat hiburan malam benar-benar ditutup.
"Kalau misalkan tidak ada perhatian dari pihak pemerintah, kita harus kerja apa?" tutupnya.
----
Artikel ini telah naik di detikJabar dan bisa dibaca selengkapnya di sini.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan