Kesenian lengger lanang di Banyumas unik. Bukan penari perempuan, lengger lanang ditarikan oleh pria yang mengenakan busana wanita dan menari dengan gemulai.
Salah satu pelaku seni lengger lanang yang masih tetap eksis adalah Mas Piko. Usianya baru 22 tahun. Namun, di usia muda itu dia sudah menjadi salah satu penari lengger lanang terkenal di Banyumas.
"Saya masih aktif menjadi lengger, meski untuk regenerasi di kalangan muda agak terhambat. Karena pandangan anak-anak muda menganggap menjadi lengger ini katrok, ndeso, padahal kalau tidak ada penerusnya kan bisa hilang," kata Piko dalam perbincangan dengan detikJateng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, menjadi seorang lengger membutuhkan kesiapan tersendiri lahir dan batin. Karena stigma masyarakat umum tidak jarang menganggap menjadi lengger lanang merupakan hal di luar kewajaran.
Sebab, saat berpentas, mereka berperilaku seperti seorang perempuan. Meski demikian, lanjutnya, hingga kini dia belum pernah mendapatkan perlakuan buruk dari masyarakat maupun penontonnya.
"Meski selama ini aman ya, tidak ada perlakuan buruk yang saya alami. Tapi, menjadi lengger lanang ini siap-siap dibilang ndeso karena laki-laki berdandan layaknya perempuan," ujarnya.
![]() |
Meski menjadi konsumsi masyarakat kelas bawah, lengger lanang hingga kini masih tetap eksis. Masih banyak masyarakat yang mengundang kesenian lengger lanang saat menggelar hajatan.
"Tanggapan cukup banyak, dalam sebulan saya sendiri bisa 7 sampai 8 kali," kata Piko.
"Yang mengundang paling banyak masyarakat dari kalangan biasa," tuturnya.
Lengger lanang tumbuh di Banyumas sejak lama. Lelakon lengger lanang ditulisa dalam Serat Centhini jilid V. Serat tersebut ditulis pada 1814-1823 yang diprakarsai oleh Putra Mahkota Keraton Solo Amangkunagara III yang kemudian bertakhta dengan gelar Paku Buwono V.
Dalam jejak yang tertulis di Serat Centhini itu diketahui bahwa kesenian lengger lanang sudah ada di kawasan Wirasaba, sekarang dikenal dengan Banyumas, sejak ratusan tahun silam.
Kesenian lengger lanang ini memang memiliki keunikan, berbeda dengan kebanyakan lengger pada umumnya yang ditarikan oleh seorang wanita. Lengger lanang ditarikan oleh pria yang mengenakan busana wanita dan menari dengan gemulai.
Dalam artikel berjudul Eksistensi Lengger Lanang Langgeng Sari Banyumas (Jurnal Imaji Vol 19 No 1, 2021), Resita Aprilia menulis bahwa lengger lanang merupakan sebuah kesenian yang hidup dan berkembang di Banyumas.
Bahkan, sejatinya tarian ini memang ditarikan oleh pria. Namun, di kemudian hari juga banyak wanita yang menari lengger.
Dalam makalah yang disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi dan Penayangan Film Dokumenter di Kabupaten Banyumas pada 2015, Ahmad Tohari menulis akar kesenian lengger dipercaya berawal dari tradisi pemujaan terhadap Dewi Kesuburan yang dulu dilakukan oleh masyarakat Hindu.
"Jadi pada awalnya adalah sebuah ritus yang sakral," tulis Ahmad Tohari dalam makalah seminar yang diselenggarakan oleh Badan Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta itu.
Namun ritus ini kemudian berkembang di tengah para petani yang juga sangat memuja dewi kesuburan. Maka pada masa lalu tari lengger dipentaskan sebagai rasa syukur atas keberhasilan panen.
Tohari menyebut lengger lanang sebagai seni transgender yang keberadaannya telah disebut dalam Serat Centhini. Di 2015, Ahmad Tohari mencatat di Banyumas masih ada tujuh penari lengger lanang yang masih berusia muda.
Namun, bagi masyarakat di Banyumas, bukan hanya kepiawaian menari dengan gerak perempuan yang dibutuhkan oleh seorang penari lengger lanang. Masyarakat meyakini hanya orang yang kerasukan indang yang bisa menjadi penari lengger.
"Hingga saat ini masih banyak orang yang percaya adanya indang lengger yang konon bisa merasuki perempuan maupun laki-laki. Orang atau anak muda perempuan maupun laki-laki, bila dia kerasukan indang, maka dia akan jadi lengger. Demikian mitos yang lama hidup di Banyumas," tulis Tohari dalam makalah tersebut.
***
Artikel ini juga tayang di detikJateng. Selengkapnya klik di sini.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol