Kenapa Bekerja di Kapal Pesiar Begitu Diminati TKI?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kenapa Bekerja di Kapal Pesiar Begitu Diminati TKI?

Chairul Amri Simabur - detikTravel
Minggu, 04 Des 2022 18:21 WIB
Kapal pesiar Majestic Princess saat berlabuh di International Terminal Sydney, 12 November 2022.
Kapal pesiar (Foto: CNN)
Jakarta -

Kapal pesiar masih menjadi magnet kuat bagi pekerja dari Indonesia. Kini, setelah pandemi, banyak sekali lamaran yang ditujukan ke cruise line.

Jumlah pencari kerja keluar negeri dari Kabupaten Tabanan, Bali, melonjak di tahun 2022. Lonjakan ini terjadi sejak sejumlah negara menerapkan kebijakan open boarding atau membuka penerbangan internasional. Kebanyakan dari mereka memilih bekerja di kapal pesiar.

Berdasarkan catatan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Tabanan hingga 29 November 2022, ada 1.315 orang pencari kerja yang mengurus kartu AK 1 atau kartu kuning. Baik pencari kerja di luar negeri maupun dalam negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini rekor (lonjakan) pasca open boarding. Bahkan sebelum pandemi COVID-19 terjadi pada 2020 lalu," jelas Fungsional Pengantar Kerja pada Bidang Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja di Disnaker Tabanan, I Gede Ekananda Hartika, Kamis (1/12/2022).

Ia menyebutkan, dari 1.315 orang tersebut, hampir sebagian besar telah memperoleh penempatan kerja yang didominasi di luar negeri pada sektor akomodasi wisata.

ADVERTISEMENT

"Yang sudah bekerja di dalam negeri sebanyak 81 orang dan luar negeri sebanyak 1.142 orang. Ini sejak enam bulan terakhir atau setelah beberapa negara open boarding. Minimal selama enam bulan terakhir ini," sebutnya.

Ia menjelaskan, sektor akomodasi wisata yang paling dominan menyerap tenaga kerja adalah kru kapal pesiar. Khususnya kapal pesiar berbendera Italia. Sementara untuk penempatan kerja di darat alternatifnya adalah Polandia yang dominan mempekerjakan tenaga untuk pabrik.

"Ada juga yang ke UK (Inggris). Itu ke sektor perkebunan. Cuma belakangan ini lagi tidak ada pengiriman ke sana. Karena efek kriris Ukraina yang berdampak pada kondisi perekonomian di Inggris. Pengiriman (tenaga kerja) terakhir pada Juli 2022. Itupun tidak banyak hanya 12 orang," sebutnya.

Gambaran mengenai jumlah pencari kerja di tahun ini meningkat pesat bila dibandingkan dua tahun terakhir. Khususnya saat pandemi COVID-19 melanda seluruh belahan dunia dan mengakibatkan hampir sebagian besar negara menutup pintu masuk internasional.

Ekananda membeberkan, dari catatan pihaknya, pada 2020 lalu, jumlah pencari kerja hanya 249 orang. Jumlah itu didominasi oleh pencari kerja pada kepal pesiar. Berikutnya, pada 2021, jumlah pencari kerja bertambah menjadi 1.607 orang.

"Di 2020 sangat sedikit. Hanya 249 orang. Itupun tenaga yang diperlukan lebih banyak pada bidang maintenance (perawatan kapal)," ungkapnya.

Tingginya jumlah pencari kerja di luar negeri ini, sambung Ekananda, lebih disebabkan faktor upah yang diterima. Sementara pencari kerja dalam negeri masih relatif rendah sebab bergantung pada ketersediaan investasi.

"Ini tentu berkaitan dengan investasi. Kalau tinggi tentu serapan tenaga kerja tinggi," imbuhnya.

Meski saat ini sebagian besar negara telah membuka penerbangan internasional, menurutnya masih ada yang melakukan pembatasan. Salah satunya Australia yang belum menyediakan penempatan tenaga kerja asing.

Artikel ini sudah tayang di detikBali




(msl/msl)

Hide Ads