Dusun Tersembunyi di Sumedang dan Misteri Hilangnya Arca Bersejarah

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dusun Tersembunyi di Sumedang dan Misteri Hilangnya Arca Bersejarah

Nur Azis - detikTravel
Sabtu, 07 Jan 2023 12:25 WIB
Suasana di Dusun Puncak Manik Sumedang.
Suasana Dusun Puncak Manik. Foto: Nur Azis
Sumedang -

Tak banyak yang tahu, ada sebuah dusun yang masih eksis di tengah hutan Sumedang. Dusun itu jadi tempat tinggal 14 kepala keluarga.

Perkampungan itu bernama Puncak Manik. Sebuah Dusun yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Desa Cilangkap, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang. Dusun itu tepatnya berada di Kaki Gunung Tampomas yang dikenal dengan nama Taman Pasir.

Menurut warga, kawasan perkampungan itu diberinya nama Puncak Manik lantaran tidak terlepas dari keberadaan situs dan sebuah batu yang berbentuk segitiga mirip dengan nasi tumpeng yang di atasnya terdapat sebuah telur. Bagian telur itulah dikenal dengan sebutan Puncak Manik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menurut seorang Kuwu terdahulu bernama Mad Enoh, di sini itu katanya pernah ada situs berupa arca yang dikenal dengan nama Dewa Guru di sebelah selatan yang ditemukan pada sekitar 1950-an serta ada sebuah batu berbentuk seperti nasi tumpeng yang di atasnya dikenal dengan sebutan puncak manik," ungkap Didi (72), salah seorang sesepuh di sana kepada detikjabar belum lama ini.

Didi menuturkan, situs berupa arca tersebut, keberadaannya sudah tidak diketahui dan entah siapa pula yang mengambilnya. Kini yang tersisa di sana hanya sebuah situs yang dikenal dengan sebutan Singakerta.

ADVERTISEMENT

Begitu pun dengan batu berbentuk nasi tumpeng yang menjadi cikal bakal dari penamaan Dusun Puncak Manik.

"Nah kalau batunya yang berbentuk tumpeng itu, katanya yang ngambilnya adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan saat itu dibawa ke kampung Lebak Naga Desa Sekarwangi atau tetanggaan dengan Desa Cilangkap," terang Didi.

Dusun Puncak Manik sendiri konon sudah ada dari sejak lama. Bahkan, dulunya banyak warga yang bertempat tinggal di sana.

"Awalnya di sini itu ada 70 rumah lalu berkurang jadi 40 rumah, kemudian pada tahun 1979 menjadi 33 unit rumah,"paparnya.

Kini, dusun tersebut diketahui hanya ditinggali oleh 14 Kepala Keluarga dengan jumlah bangunan 12 unit rumah.

"Dari 12 bangunan rumah itu, satu di antaranya tidak ditempati lagi, sementara untuk KK jumlahnya ada 14 KK," ujar Didi.

Artikel ini sudah tayang di detikJabar. Baca selengkapnya di sini.




(pin/pin)

Hide Ads