Eiger Adventure mengungkap barang-barangnya yang cacat produksi. Lalu, ke mana barang itu berlabuh?
Barang-barang cacat produksi Eiger tidak hanya satu dua buah. Tak hanya itu, kualitas barang cacat produksi itu juga diklasifikasikan hingga yang terakhir harus menuju pemusnahan.
"Sebenarnya Eiger itu perusahaan yang bisnis modelnya itu nggak cuma jadi retail dan distributor saja, tapi memang jadi produsen juga," kata GM Product & Sustainability Project Leader Eiger Adventure, Harimula Muharam, di Jakarta, Rabu (11/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang kita secara konsisten melakukan improvement di kualitas, tapi ketika ada defect product atau produk cacat sering kali nggak bisa dihindarkan," dia menambahkan.
"Jadi produk-produk itu akan dimasukkan ke grade B atau malah ada yang dimasukkan ke grade C dan harus dimusnahkan. Karena ada defect yang membuat produk tidak layak jual," kata dia lagi.
Produk kedaluwarsa Eiger
Selain barang-barang cacat produksi, Eiger juga memiliki masalah lain. Meski tak gamblang dijelaskan, ada pula barang lama yang menua atau kedaluwarsa.
Kemungkinan, ini adalah barang-barang yang tak terjual dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, barang-barang itu rusak dengan sendirinya.
"Ada produk-produk lagi yang tidak layak pakai, karena habis masa pakainya, kedaluwarsa. Kayak kita punya tenda, tenda itu kan gede, kalau misalnya sudah dipakai bertahun-tahun, waterproofnya hilang, seal-seal-nya lepas, bahannya masih bagus tapi fungsinya tiada lagi," ujar dia.
"Produk-produk seperti itu sebelumnya ada pemusnahan, bekerjasama dengan pabrik semen sebagai bahan bakarnya menggunakan incinerator. Karena produknya cukup banyak dan ada konsumen yang nanya kadang-kadang, saya punya tenda bekas dan barang ini mesti dibuang ke mana ya?" kata dia lagi.
Karena keberadaan barang-barang di atas, Eiger lalu memikirkan langkah keberlanjutannya. Selain dimusnahkan jika sudah tak terselamatkan, ada pula gerakan upcycling dari mereka.
"Itu memicu kita, ini harus kita apain? Akhirnya, karena Eiger punya Innovation Lab, itu akhirnya jadi proyek kita. Ada keresahan kita yang bikin banner-banner gede-gede, setelah habis eventnya bannernya dipakai untuk apa?," kata Harimula.
"Lalu kita berusaha untuk upcycling, memperpanjang usia produk. Contohnya kita punya produk jaket gabungan dari beberapa produk dan lain sebagainya," ujar dia.
"Mungkin nanti akan ada drop point di toko-toko buat barang-barang yang habis masa pakai. Bukan hanya mencari profit, harapannya kami menginspirasi semua orang melakukan sesuatu," kata dia.
Harimula juga menjelaskan bahwa kini di tiap produk Eiger sudah ada tanggal produksi. Dan, masa kedaluwarsa tergantung dari kita memperlakukan atau merawatan barangnya.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda