Sihkami Denting merupakan perempuan muda inspiratif yang mengelola wisata berkelanjutan di Kepulauan Togean. Ia rela meninggalkan kemewahan demi memajukan desa.
Traveler pernah mendengar Kepulauan Togean? Kepulauan yang terletak di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah ini merupakan salah satu wilayah terpencil di Indonesia.
Disebut sebagai tempat terpencil karena kepulauan itu sulit diakses. Bila berangkat dari Jakarta, traveler butuh waktu 2 hari untuk mencapainya. Bila cuaca buruk atau gelombang tinggi, perjalanan ke sana dapat memakan waktu hingga 1 minggu.
Namun lokasi yang terpencil tak membuat potensi kepulauan ini kecil pula. Dengan keindahan dan kekayaan alamnya, Togean memiliki potensi wisata dan ekonomi yang membuat penduduknya sejahtera.
Potensi itu ditangkap Sihkami Denting. Perempuan berusia 35 tahun itu selama 4 tahun belakangan mengembangkan wisata di Togean.
Dalam webinar bertajuk Perempuan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif tahun 2023 yang digelar di Kampus Poltekpar Makassar, Sulawesi Selatan, pada Kamis (12/1/2023), Sihkami menceritakan perjalanannya membangun pariwisata di Togean.
Perjuangannya sebenarnya bermula dari rasa suntuk bekerja di industri periklanan digital. Sihkami mengaku sudah 15 tahun menjalani pekerjaan tersebut dan sempat berkeliling ke 7 negara termasuk Jerman hingga Kanada.
Pekerjaan mapan dengan hidup mewah rupanya tak membuat dirinya bahagia. Karir yang gemilang itu ia lepaskan demi mendapatkan makna hidup yang sesungguhnya.
"Setelah keliling dunia, capek. Saya ingin mencari the meaning of life. Bagaimana hidup lebih bahagia. Saya berhenti dari pekerjaan itu belajar bagaimana membuat pariwisata yang baik," kata dia.
Sihkami memilih Togean karena ibunya berasal dari Palu dan memiliki sebidang tanah di Pulau Tumbu Lawa, Kepulauan Togean. Ia menjelaskan, niat awalnya adalah ingin mengenal kampung halaman ibunya.
"Ada tabungan sedikit bisa pulang kampung, bisa bangun sesuatu di sana, bisa kenalan sama ibu-ibu di sana. Jadi lebih mengenal budaya saya. Mengenal culture ibu saya, itu yang saya lakukan," ujarnya.
Di sana, Sihkami mulai membangun tiga buah bungalow yang kemudian ia namakan Togo Eang Ecolodge. Konsep resort miliknya ini ramah lingkungan dan mengedepankan wisata berkelanjutan.
"Bungalow di sini beda dengan bungalow lain di Togean karena berbasis berkelanjutan. Jadi listriknya 100 persen dari solar panel, dari tenaga matahari. Airnya juga saya tidak ambil dari bawah tanah atau kampung tapi dari air hujan. Saya punya banyak tangki-tangki air ada 20 ribu liter. Listrik wattnya 5000 watt," ia bercerita.
Simak Video "Respons Sandiaga Uno soal Keluhan Turis di Kepulauan Togean Sulteng "
(pin/fem)