Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Senin, 16 Jan 2023 07:36 WIB

TRAVEL NEWS

Alat Makan Plastik Sekali Pakai "Haram' di Inggris

Femi Diah
detikTravel
Ilustrasi sampah plastik di laut.
Ilustrasi sampah plastik (Foto: Shutterstock)
Jakarta -

Pemerintah Inggris melarang penggunaan peralatan makan sekali pakai, termasuk piring berbahan polistirena dan plastik. Menimbang dampak kepada lingkungan dan satwa liar.

Kementerian Lingkungan memasukkan larangan nampan sekali pakai dan beberapa jenis cangkir ataupun wadah makanan yang berbahan polistirena dalam undang-undang itu.

Undang-undang itu untuk membatasi penggunaan alat makan sekali pakai. Warga Inggris sudah dinilai kebangetan menggunakan alat makan sekali pakai. Data menunjukkan sekitar 2,7 miliar item alat makan sekali pakai digunakan per tahunnya. Ironisnya, alat makan yang sebagian besar dari bahan plastik itu hanya satu dari 10 item yang didaur ulang.

Siapapun yang melanggar diancam tindak pidana. Si pelanggar akan menanggung risiko denda.

"Kita semua tahu dampak yang sangat merusak dari plastik terhadap lingkungan dan satwa liar," kata Sekretaris Lingkungan Inggris, Therese Coffey, seperti dikutip dari AFP.

"Pelarangan plastik sekali pakai ini merupakan lanjutan misi kami untuk melindungi lingkungan bagi generasi mendatang," dia menambahkan.

Pemerintah mengatakan bahwa larangan penggunaan alat makan sekali pakai itu ada batasannya. Salah satunya tidak mencakup makanan siap saji yang dijual di supermarket.

Matt Hood, direktur pelaksana di jaringan supermarket Co-op, merespons positif larangan tersebut.

"Kami telah berada di garis depan dalam memberantas plastik yang tidak diperlukan. Jadi, sangat menggembirakan setelah larangan itu diperkenalkan. Kami juga telah menghapus peralatan makan plastik dari makanan kami, menawarkan garpu kayu sebagai gantinya," katanya.

Namun, kelompok lingkungan Greenpeace UK pesimistis dengan mengatakan rencana tersebut belum menghasilkan hasil yang maksimal.

"Kami menyambut baik langkah pemerintah yang akhirnya melarang barang-barang tertentu. Tetapi, kita menghadapi banjir plastik. Undang-undang itu seperti mengambil kain pel, alih-alih mematikan keran," kata Megan Randles, juru kampanye politik Greenpeace Inggris.

"Sudah waktunya untuk berhenti menjadi kaki tangan pelobi industri. Berhenti mempromosikan solusi palsu dan berhenti membuang sampah plastik kita di negara-negara yang paling tidak menyebabkan krisis iklim," dia menambahkan.



Simak Video "Inovatif! Satpam Ini Sulap Sampah Plastik Jadi BBM"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA