Kecelakaan yang dialami Yeti Airlines membuat penerbangan dunia makin sangsi dengan Nepal. Ya, pesawat-pesawatnya dianggap kurang mumpuni untuk beroperasi.
Nepal masuk dalam jajaran jalur udara paling berbahaya di dunia. Kecelakaan Yeti Airlines jadi yang paling tragis dalam 30 tahun ini.
Tak cuma jalur udaranya, pesawat-pesawat Nepal juga ditakuti karena pengamanan keselamatannya yang mengkhawatirkan. Ternyata tak ada armada maskapai Nepal yang boleh masuk ke Uni Eropa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari media lokal India Zeenews, Selasa (17/1/2023) pelarangan ini sudah berlangsung selama 10 tahun sejak 2013. Nepali Airlines adalah salah satunya.
Pertimbangan pelarangan Nepali Airlines diajukan sebelum tahun 2013. Alasannya, tingginya tingkat kecelakaan di negara sana.
Menurut data, rata-rata ada dua kecelakaan yang terjadi selama setahun di antara tahun 2008 dan 2012. Setelah tahun 2013, ada kecelakaan pesawat Sita yang merenggut nyawa 19 orang, termasuk 1 warga Inggris.
Pertimbangan ini semakin matang, kemudian keputusan pelarangan pesawat Nepal masuk Uni Eropa kian mantap. Wakil Presiden Komisi Eropa saat itu, Siim Kallas meresmikannya.
"Situasi keselamatan saat ini di Nepal tidak memberi kami pilihan lain selain memasukkan semua maskapainya ke dalam daftar keselamatan udara UE. Kami berharap larangan ini akan membantu otoritas penerbangan untuk meningkatkan keselamatan penerbangan," ujar Kallas tahun 2013.
Sebelum pelarangan ini, hanya Nepal Airlines yang pernah mendarat di daratan Eropa sebelum tahun 2013. Kota-kota seperti Wina, Amsterdam, Frankfurt, Paris dan London Gatwick.
Pada tahun 2020, berbagai laporan media menyatakan bahwa Uni Eropa sedang mempertimbangkan untuk mencabut larangan maskapai penerbangan Nepal. Laporan dan spekulasi ini tersebar luar dan sempat membuat Nepal pede.
Namun dengan adanya insiden Yeti Airlines, rasanya pencabutan larangan ini hanya akan jadi mimpi panjang Nepal yang belum berkesudahan.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan