Jepang Resesi Seks, Jepang pun Menua

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Jepang Resesi Seks, Jepang pun Menua

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Rabu, 25 Jan 2023 13:12 WIB
Pasokan energi menipis, warga Jepang dan Australia diminta padamkan lampu dan hemat listrik
Warga Jepang (Foto: BBC World)
Jakarta -

Resesi seks di Jepang semakin mengkhawatirkan. Jepang menua.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan negaranya hampir tidak dapat berfungsi sebagai masyarakat karena tingkat kelahiran yang menurun drastis. Inilah kasus yang dihadapinya sekarang.

Jepang kini berpopulasi 125 juta. Dari jumlah itu, diperkirakan memiliki kurang dari 800.000 kelahiran tahun lalu dan pada 1970-an, angkanya lebih dari dua juta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tingkat kelahiran melambat di banyak negara, termasuk tetangga Jepang. Tetapi masalah ini sangat akut di Jepang.

Hal itu dikarenakan oleh harapan hidup yang meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Artinya semakin banyak orang tua dan semakin sedikit usia kerja yang mendukung mereka.

ADVERTISEMENT

Jepang sekarang memiliki proporsi penduduk berusia 65 tahun ke atas tertinggi kedua di dunia. Jumlahnya sekitar 28% setelah Monaco, menurut data Bank Dunia.

"Jepang berada di ambang apakah kita dapat terus berfungsi sebagai masyarakat," kata Kishida kepada anggota parlemen, melansir BBC, Rabu (25/1/2023).

"Memfokuskan perhatian pada kebijakan mengenai anak dan mengasuh anak adalah masalah yang tidak bisa menunggu dan tidak bisa ditunda," katanya.

Ia ingin pemerintah menggandakan pengeluaran untuk program-program terkait anak. Sebuah badan pemerintah baru yang berfokus pada masalah ini akan dibentuk pada bulan April.

Pemerintah Jepang telah mencoba mempromosikan strategi serupa sebelumnya, namun tidak berhasil.

Pada tahun 2020, para peneliti memproyeksikan populasi Jepang turun dari puncak 128 juta pada tahun 2017 menjadi kurang dari 53 juta pada akhir abad ini. Populasi saat ini hanya di bawah 125 juta, menurut data resmi.

Jepang masih menerapkan undang-undang imigrasi yang ketat meski ada beberapa relaksasi. Beberapa ahli mengatakan aturan tersebut harus dilonggarkan untuk membantu mengatasi masyarakat yang menua.

Turunnya tingkat kelahiran didorong oleh berbagai faktor, termasuk kenaikan biaya hidup, lebih banyak perempuan dalam pendidikan dan pekerjaan, serta akses yang lebih besar terhadap kontrasepsi, yang menyebabkan perempuan memilih untuk memiliki anak lebih sedikit.

Namun permusuhan Jepang dengan imigrasi belum selesai. Hanya sekitar 3% penduduk Jepang yang lahir di luar negeri.

Pekan lalu, China melaporkan penurunan populasi pertamanya selama 60 tahun.




(msl/fem)

Hide Ads