Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan emosi betul setelah dikritik penanganan lamban mengatasi gempa dahsyat yang melanda negaranya. Dia mengutuk para pengkritiknya.
Jumlah korban tewas gempa Turki yang terus meningkat menjadi penyebab kritik terhadap Erdogan. Hingga Jumat (10/2/2023) pagi, jumlah korban jiwa dilaporkan mencapai lebih dari 19 ribu orang di Turki dan Suriah. Gempa yang masuk daftar gempa paling mematikan itu terjadi di Provinsi Gaziantep, yang berdekatan dengan perbatasan Suriah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erdogan melakukan kunjungan pertama ke wilayah yang paling parah terkena dampak Turki, Provinsi Hatay, pada Kamis (9/2) sejak gempa berkekuatan magnitudo 7,8 dan disusul gempa dengan kekuatan hampir sama itu.
"Ini adalah waktu untuk persatuan, solidaritas. Saya tidak bisa menerima orang yang melakukan kampanye negatif untuk kepentingan politik," kata Erdogan seperti dikutip Guardian.
Erdogan mengatakan situasi gempa pada Senin (6/2) dini hari itu merupakan situasi yang tak mungkin telah diprediksi dan dipersiapkan sebelumnya.
Dia juga berjanji pemerintah akan mempercepat pembersihan puing-puing dan pembangunan rumah bagi warga yang terdampak.
Salah satu kritik tajam kepada Erdogan itu disampaikan oleh Kemal Kılıcdaroglu, pemimpin partai oposisi utama Turki. Dia menuduh pemerintah gagal bekerja sama dengan otoritas lokal dan melemahkan organisasi non-pemerintah yang dapat membantu.
"Saya menolak untuk mengaitkannya dengan politik. Tetapi, banyaknya korban yang tidak tertolong ini sebenarnya adalah hasil dari politik pencatutan yang sistematis," kata Kılıcdaroglu.
"Jika ada yang bertanggung jawab atas proses ini, itu adalah Erdogan. Partai yang berkuasa inilah yang tidak mempersiapkan negara untuk gempa bumi selama 20 tahun," dia menambahkan.
Faktanya, korban hidup di Turki selatan dan Suriah barat laut melewati malam kedua dalam cuaca yang sangat amat dingin. Tidak sedikit yang berlindung di mobil mereka atau di bawah selimut di jalan-jalan. Mereka takut kembali ke dalam rumah atau bangunan yang masih berdiri karena gempa masih terus menggoyang area tempat mereka berada.
Badai musim dingin dan suhu di bawah nol derajat celcius membuat banyak warga semakin menderita. Sudah begitu, mereka tidak memiliki atau tidak mendapatkan bantuan alat berat untuk mempercepat penyelamatan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!