Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Kamis, 09 Feb 2023 16:36 WIB

TRAVEL NEWS

Warga Turki Geram, Tim SAR Baru Datang ke Lokasi 12 Jam Usai Gempa

CNN Indonesia
detikTravel
HATAY, TURKIYE - FEBRUARY 07: Hulya Yilmaz and her baby Ayse Vera are rescued under the rubble of a collapsed building after 29 hours of 7.7 and 7.6 magnitude earthquakes hit Hatay, Turkiye on February 7, 2023. Early Monday morning, a strong 7.7 earthquake, centered in the Pazarcik district, jolted Kahramanmaras and strongly shook several provinces, including Gaziantep, Sanliurfa, Diyarbakir, Adana, Adiyaman, Malatya, Osmaniye, Hatay, and Kilis. Later, at 13.24 p.m. (1024GMT), a 7.6 magnitude quake centered in Kahramanmaras Elbistan district struck the region. Turkiye declared 7 days of national mourning after deadly earthquakes in southern provinces. (Photo by AytugCan Sencar/Anadolu Agency via Getty Images)
Foto: Ilustrasi gempa Turki (AytugCan Sencar/Anadolu Agency/Getty Images)
Jakarta -

Sejumlah warga Turki merasa marah terhadap penanganan Tim SAR yang dinilai lambat. Mereka baru datang ke lokasi 12 jam usai gempa dahsyat M 7,7 itu terjadi.

Tim penyelamat dilaporkan baru hadir ke lokasi bencana 12 jam usai gempa pertama terjadi. Gempa magnitudo 7,7 diketahui menerjang selatan dan tenggara Turki sekitar Senin (6/2) dini hari pukul 04.00 waktu setempat.

Tim penyelamat dikabarkan baru berdatangan pada Senin malam. Menurut para penduduk, sesampainya di lokasi pun, tim hanya bekerja beberapa jam saja sebelum mereka akhirnya beristirahat malam.

"Orang-orang memberontak [pada Selasa] pagi. Polisi harus turun tangan," kata salah satu warga Turki, Celal Deniez, seperti dikutip AFP, Rabu (8/2).

Deniez serta warga Turki lain berusaha mencari saudara dan kerabatnya yang terjebak di antara puing-puing. Pencarian ini dipersulit karena kondisi cuaca yang tak bersahabat.

Dalam beberapa pekan terakhir, badai salju melanda beberapa wilayah di Turki, termasuk di area terdampak gempa.

Deniez juga mempertanyakan "pajak gempa" yang diterapkan pemerintah usai gempa dahsyat melanda Turki barat laut pada Agustus 1999. Imbas insiden itu, 17.400 orang meninggal dunia.

"Ke mana semua pajak yang kita kumpulkan sejak 1999?" ujar Deniez yang geram atas kelambanan respons pihak berwenang.

Pendapatan pajak gempa diperkirakan bernilai 88 miliar lira atau sekitar Rp 70 triliun. Namun, pembelanjaan dan penggunaan uang ini tak diketahui publik.

Senada dengan Deniez, relawan kemanusiaan juga menceritakan mereka harus turun tangan sendiri mencari korban selamat karena tak ada cukup sumber daya manusia.

"Kami pergi ke tempat-tempat untuk membantu orang yang seharusnya diselamatkan oleh Kelompok Bulan Sabit Merah, tetapi tidak ada bantuan yang datang," ujar Ceren Soylu, relawan dari kelompok yang dibentuk oposisi, Partai Iyi.

Sementara itu, Bulan Sabit Merah Turki menyatakan semua wilayah di negara itu bisa dijangkau mereka.

"Tak ada wilayah yang tak bisa dijangkau tim kami," kata kepala Bulan Sabit Turki, Kerem Kinik Bulan, saat wawancara dengan media televisi.

Pada Selasa sore, tim penyelamat kembali melanjutkan pencarian korban dan mengerahkan anjing pelacak. Namun, tindakan ini dianggap telat.

"Kami sekarang sedang menunggu kematian kami," kata salah satu perempuan Turki.

Jumlah korban gempa Turki-Suriah ini diperkirakan masih akan terus bertambah lantaran proses pencarian masih dilakukan dan belum mencakup seluruh wilayah terdampak gempa. Kabar terkini, korban jiwa menembus angka 16.000 jiwa.



Simak Video "Detik-detik Gempa M 6,4 Hantam Turki Saat Wartawan Lagi Live"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA