TRAVEL NEWS
Penyebab Gempa Turki Sangat Mematikan

Gempa Turki dan Suriah telah menelan korban hingga 12.099 jiwa. Gempa dengan kekuatan magnitudo 7,8 itu masuk dalam daftar gempa paling mematikan abad ini.
Gempa yang melanda Turki tenggara, dekat perbatasan Suriah, pada Senin (6/2/2023) dini hari waktu setempat, itu bahkan disertai gempa susulan. Salah satu gempa susulan bahkan memiliki kekuatan hampir sama besarnya dengan yang pertama.
Gempa di dekat Gaziantep itu menjalar hingga sepanjang sekitar 100 km dari garis patahan. Gempa terasa hingga ke Italia, Lebanaon dan negara lain di Eropa.
"Dari gempa bumi paling mematikan pada tahun tertentu, hanya dua dalam 10 tahun terakhir yang memiliki kekuatan yang sama, dan empat dalam 10 tahun terakhir," kata Prof Joanna Faure Walker, kepala Institut of Mitigasi Bencana Universitas College London, seperti dikutip dari BBC, Kamis (9/2/2023).
Selain karena getarannya yang dahsyat, gempa itu kian mematikan karena terjadi pada dini hari, saat warga sedang tidur di dalam rumah. Struktur bangunan juga menambah tingkat mematikannya gempa itu.
"Sayangnya, infrastruktur tidak merata di Turki Selatan dan terutama Suriah. Aksi penyelamatan korban sebagian besar bergantung kepada respons. Dan, 24 jam ke depan merupakan waktu krusial untuk menemukan penyintas. Setelah 48 jam, jumlah yang selamat berkurang drastis," kata Dr Carmen Solana, pembaca vulkanologi dan komunikasi risiko di University of Portsmouth.
Penyebab lainnya, kawasan itu merupakan wilayah yang tidak mengalami gempa bumi besar selama lebih dari 200 tahun atau tanda peringatan bencana apapun. Makanya, tingkat kesiapsiagaan lebih rendah dibandingkan wilayah yang lebih terbiasa menghadapi gempa.
Presiden Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengakui tidak siap menghadapi gempa dahsyat itu sehingga ada kekurangan dalam penanganannya.
"Tentu ada kekurangannya. Kondisinya jelas terlihat. Tidak mungkin siap menghadapi bencana seperti ini," ujar Erdogan seperti dikutip AFP.
Penyebab Gempa Mematikan di Turki
Kerak bumi terdiri dari lempeng-lempeng terpisah yang berdampingan satu sama lain. Lempeng-lempeng ini kerap berupaya bergerak, namu tertahan oleh gesekan-gesekan dengan lempeng yang bersebelahan.
Namun terkadang ada tekanan yang meningkat sehingga salah satu lempeng tiba-tiba tersentak dan menyebabkan permukaannya bergerak.
Dalam kejadian kali ini, lempeng Arab bergerak ke utara dan bergesekan dengan lempeng Anatolia.
Gesekan dari lempeng-lempeng itu yang memicu gempa bumi sangat merusak di masa lalu.
Pada 13 Agustus 1822, pergerakan lempeng tersebut memicu gempa berkekuatan magnitudo 7,4 yang masih jauh lebih kecil dibandingkan gempa berkekuatan 7,8 pada Senin.
Meski demikian, gempa bumi yang terjadi pada abad ke-19 itu mengakibatkan kerusakan besar pada kota-kota di wilayah tersebut. Sebanyak 7.000 kematian tercatat di kota Aleppo saja. Gempa susulan yang merusak pun berlanjut selama hampir satu tahun.
Setelah gempa pada Senin, sudah ada sejumlah gempa susulan. Para ahli memperkirakan trennya akan sama dengan gempa besar yang sebelumnya terjadi di wilayah ini.
Simak Video "Penampakan Garis Patahan di Turki Usai Gempa dari Rekaman Drone"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)