Inilah kisah Ketut Dania, 1 dari 2 kusir delman yang masih bertahan di Klungkung, Bali. Dia masih setia dengan pekerjaannya, meski roda zaman terus berputar.
Ketut Dania adalah satu dari dua orang kusir delman yang tersisa di Kota Semarapura, Klungkung, Bali. Menariknya, kusir delman yang masih tersisa adalah kakaknya sendiri.
Pria berusia 65 tahun itu kerap mangkal di Pasar Semarapura setiap pagi hingga siang menjelang sore.
"Yang satu lagi kakak saya. Dia jarang di pasar. Lebih banyak saya. Jadi kakak-adik. Kekalih manten (dua saja) kusir di Klungkung," tutur Dania ditemui di Pasar Semarapura, Minggu (12/2/2023).
Pria asal Kelurahan Semarapura Kelod, Kabupaten Klungkung, itu mengenang era 1980-an yang menjadi masa emas para kusir delman. Pada masa itu, jumlah delman di Klungkung bisa mencapai 100 lebih.
Delman menjadi salah satu moda transportasi utama bagi warga kota maupun pelancong pada masa itu. Dania menuturkan, kuda yang dia gunakan sebagai penggerak moda transportasi tradisional itu merupakan kuda asli Bali. Kuda tersebut dia beli dari seorang saudagar asal Loloan, Jembrana seharga Rp 10 juta.
Di usia senjanya, Dania masih semangat narik delman. Meski penghasilan tidak seberapa, pria yang kulitnya sudah keriput itu bertekad melestarikan delman di Klungkung.
Pemerintah setempat sebenarnya berupaya mempertahankan moda transportasi tradisional itu melalui program city tour. Namun, menurut Dania, program tersebut kurang maksimal.
Padahal, keberadaan delman dapat membawa wisatawan bernostalgia akan suasana Klungkung di masa lampau yang menjadi pusat kerajaan di Bali pada abad ke-17.
"Jadi ada klasik-klasiknya. Saya kan ingin tamu-tamu itu naik delman. Misalnya dari Gelgel turun, jalan ke kota. Ada Kertagosa, monumen Klungkung (Ida Dewa Agung Jambe), Puri Agung Klungkung, pasar kain," ungkap kakek tiga cucu ini berkeluh-kesah.
Pada era 1980-an, turis asing dari Eropa sangat menggandrungi naik delman. Mereka naik delman untuk berkeliling ke sejumlah objek wisata di Klungkung.
Baca juga: Goodbye! Delman Akan Dilarang Masuk Monas |
Saat ini, turis-turis asing sudah tidak tertarik naik delman. Dania kemudian bercerita tentang pengalaman salah satu kusir delman pada 2010 silam. Ketika itu, wisatawan asing dari Eropa meminta diantar ke pasar senggol, sebelah timur monumen Klungkung.
Saat naik delman dari Pasar Semarapura, bule Eropa itu minta turun karena melihat kuda dipecut. "Karena ada tamu yang pecinta binatang. Kalau bule-bule sudah tidak mau naik. Saat itu, kami di sini cukup narik talinya saja kalau mau narik kuda," ucapnya.
Kini, Dania berharap jasanya dimanfaatkan orang lokal, terutama emak-emak yang hendak ke pasar. Sesekali wisatawan asing juga masih ingin naik delman, terutama yang berasal dari Asia seperti Tiongkok dan Jepang.
"Tapi tidak banyak. Sempat ngomong sama guide supaya diajaklah turisnya naik delman. Pas ditanya, bulenya geleng-geleng," kenang Dania sembari tertawa.
Tarif naik delman di Klungkung cukup murah. Hanya Rp 5 ribu hingga Rp 15 ribu sudah bisa keliling kota sejauh 500 meter sampai 1 kilometer. Meski begitu, Dania dan kakaknya yang masih bertahan sebagai kusir delman di Klungkung harus bersaing dengan menjamurnya kendaraan bermotor maupun angkutan ojek berbasis online.
-----
Artikel ini telah naik di detikBali dan bisa dibaca selengkapnya di sini.
Simak Video "Video: Delman di Tasikmalaya Dilarang Beroperasi Saat Arus Mudik-Balik Lebaran"
(wsw/wsw)