Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Buleleng menyadari betul perang harga nonton lumba-lumba di Pantai Lovina, Singaraja tidak beres. Segera ditertibkan.
Perbedaan harga nonton lumba-lumba secara alami di Bali itu sejatinya merupakan masalah klasik. Operator jera sebentar saat ada penertiban, tetapi kemudian masalah serupa muncul lagi.
Kini, bahkan harga yang ditawarkan bisa sangat murah, yakni Rp 50 ribu untuk menyaksikan lumba-lumba berenang. Dengan harga itu, sudah dipastikan keuntungan terlalu mepet, yang ujung-ujungnya merugikan pemandu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Efek dominonya adalah kualitas pelayanan terhadap turis. Utamanya, terkait keamanan.
Kepala Dispar Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva menyebut penertiban itu dilakukan untuk menghindari perang harga di antara pelaku pariwisata lumba-lumba atau operator jukung (perahu) di Pantai Lovina.
Dia pun menyebut perlu ada standardisasi harga nonton lumba-lumba berdasarkan kesepakatan bersama.
Tarif minimal wisata menonton lumba-lumba yang diusulkan sementara, yakni Rp 75 ribu saat low season dan Rp 100 ribu ketika high season.
"Kami standarkan ini tarif terendah pada pengantarnya atau para pemandunya. Kalau agen travel atau hotel menjualnya di atas itu, karena mereka kan memang perantara untuk mendapatkan tamu," ujarnya.
Menurut Oktiva, standardisasi harga hanya akan diterapkan di tingkat pemandu wisata atau operator jukung.
"Sebab, jika ini terus dibiarkan akan terjadi perang harga dan berdampak pada kualitas layanan yang menurun," tutur dia.
Selain soal harga, regulasi tersebut juga rencananya akan mengatur hal-hal lainnya. Seperti kelaikan jukung untuk berlayar, hingga cek kesehatan bagi pelaku wisata secara rutin.
Dody berkaca kepada insiden tewasnya pemandu wisata beberapa waktu lalu karena menderita penyakit jantung. Dia berharap insiden serupa tidak terulang.
Namun, sebelum ditetapkan, Dispar akan mendiskusikan hal itu terlebih dahulu dengan beberapa instansi dan stakeholder terkait pada 21 Februari 2023.
"Kami perlu melakukan pembenahan dalam rangka mewujudkan destinasi unggulan. Kami sepakat dengan para pemandu wisata lumba-lumba untuk membuat draf tata kelola dolphin watching," kata dia.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!