Pakaian Adat Khas Bajawa, Ngada, Sarat Makna Filosofis

Weka Kanaka - detikTravel
Selasa, 21 Feb 2023 18:12 WIB
Prajurit Ngada memakai pakaian tradisional (Getty Images/AnjoKanFotografie)
Jakarta -

Bajawa merupakan suatu daerah yang terletak di Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT). Memiliki pakaian adatnya sendiri.

Walaupun Ngada berada dalam satu provinsi yang sama dengan Sumba, Flores, dan Alor, masing-masing daerah itu memiliki keunikannya masing-masing. Keberagaman budaya yang dimiliki di NTT mulai dari ritual budaya, bahasa daerah, hingga pakaian adat.

Bajawa, Ngada, memiliki pakaian adat bernama sapu-lu'e yang memiliki nilai filosofis mendalam bagi masyarakatnya. Seperti yang dijelaskan oleh Ketua PKBNJ Damianus Bilo saat ditemui detikcom pada perayaan Festival Reba Ngada di TMII (18/2/2023).

"Di sebelah kanan saya ini adalah Parang Kebesaran orang Ngada, tidak asal sembarang menggunakan parang. Ia (masyarakat) menggunakan parang itu untuk kehidupan, bukan menggunakan parang untuk yang bertentangan dengan kehidupan," ujarnya.

"Untuk mempertahankan diri, untuk melindungi diri, melindungi masyarakat, melindungi semua," dia menambahkan.

Dia menjelaskan beberapa ornamen lain yang terkandung dalam pakaian adat seperti topi kebesaran orang Ngada, yang bernama Boku yang diikat dengan kain khas bernama Mari ngia.

"Lalu ada yang mengikat itu namanya Mari ngia itu aksesoris yang tidak pernah dilepaskan dari pakaian kebesaran itu, yaitu jalan kebesaran kita masih punya sikap egaliter untuk memberikan kecerahan kepada lingkungan sekitar kita," kata dia lagi.

Kemudian terdapat pula Wuli, yakni ornamen yang hanya dikenakan oleh tokoh-tokoh tertentu, bentuknya berupa kalung yang terdapat cangkang kerang berwarna putih dan cukup besar.

"Yang ada di dada saya ini Wuli, Wuli itu dipakai kalau aslinya dalam tradisi kita itu hanya dipakai oleh tokoh-tokoh tertentu yang dituakan. Yang sangat dihormati apakah dia tokoh yang merupakan kepala kampung, kepala suku atau tokoh kepala adat dalam upacara tertentu juga," dia menjelaskan.

Lalu yang penuh filosofis yakni terdapat atribut lain yang menjadi simbol batasan diri bagi masyarakat Bajawa agar dapat tetap memiliki sifat yang luhur dan tidak memiliki sifat sombong dalam dirinya.

"Ada yang namanya Lu'e, Lu'e itu ciri khas dari atribut laki-laki. Dia itu melingkar di dalam dada untuk memberikan batasan, jadi ada rumusan yang merupakan hukum yang membatasi diri, sesama, membatasi masyarakat. Terutama dalam membatasi diri, diri kita ini tidak boleh sombong, tidak boleh arogan," kata dia.

Kemudian, terdapat kain yang dipakai di bagian bawah itu disebut sapu, dikenakan di bagian bawah sebagai pengganti jubah atau celana.

"Sapu itu adalah kain yang saya pakai di bagian paling bawah itu. Itu juga memberikan kesan bahwa kita itu mesti melindungi, mesti ditempatkan di tempat yang khusus, di tempat yang terhormat tidak asal sembarangan," katanya.



Simak Video "Banjir di NTT Tak Berdampak pada Lokasi Wisata Prioritas"

(fem/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork