Antisipasi Resesi Seks, China Beri Izin Cuti Nikah 30 Hari dan Dibayar

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Antisipasi Resesi Seks, China Beri Izin Cuti Nikah 30 Hari dan Dibayar

Femi Diah - detikTravel
Kamis, 23 Feb 2023 10:12 WIB
People walk with a child in a stroller at a public park in Beijing, Tuesday, Jan. 17, 2023. China has announced its first population decline in decades as what has been the worlds most populous nation ages and its birthrate plunges. (AP Photo/Mark Schiefelbein)
China mulai siapkan strategi atasi resesi seks. (Foto: AP/Mark Schiefelbein)
Jakarta -

China mulai khawatir dengan resesi seks. Sejumlah provinsi di negeri panda itu pun memberikan cuti nikah berbayar selama 30 hari kepada para pengantin baru.

Rencana itu diungkapkan oleh koran resmi Partai Komunis China People's Daily Health dan dikutip Kamis (23/2/2023). China memberikan minimal tiga hari cuti berbayar untuk menikah, tetapi sejak Februari, provinsi-provinsi dapat menetapkan waktu cuti yang lebih lama.

Provinsi Gansu di barat laut China, dan provinsi penghasil batu bara Shanxi, sekarang memberi cuti menikah sebanyak 30 hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara kota Shanghai memberi 10 hari untuk cuti menikah dan Provinsi Sichuan masih memberi cuti menikah sebanyak tiga hari, menurut People's Daily Health.

"Memperpanjang cuti pernikahan adalah salah satu cara efektif untuk meningkatkan angka kelahiran bayi," jelas kata ang Haiyang, dekan Institut Penelitian Pembangunan Sosial di Southwestern University of Finance and Economics, seperti dikutip Reuters.

ADVERTISEMENT

Menurut Yang, dikutip dari koran People's Daily, perpanjangan cuti menikah itu kebanyakan dilaksanakan di daerah-daerah yang pertumbuhan ekonominya masih lambat.

Yang mengatakan sejumlah kebijakan pendukung lainnya masih diperlukan, seperti subsidi perumahan dan cuti berbayar untuk ayah baru.

Pada 2022, populasi China turun untuk pertama kalinya dalam enam dekade, menurut data resmi. Data itu memprediksi bahwa penurunan pada jumlah penduduk di China akan berlangsung lama.

Tahun lalu, China mencatat angka kelahiran terendah yang pernah dicatat, yaitu 6,77 kelahiran per 1.000 orang.

Faktor terbesar penurunan populasi China adalah kebijakan satu anak yang diberlakukan dari 1980 hingga 2015.

Biaya pendidikan yang melonjak tinggi juga telah mendorong warga China untuk tidak memiliki lebih dari satu anak, atau bahkan tidak memilikinya sama sekali.

Pakar keluarga berencana Wang Pei'an menilai China harus meningkatkan insentif kepada orang-orang yang ingin berkeluarga dan meningkatkan angka kelahiran karena jumlah penduduk saat ini menurun, dikutip dari laporan Reuters pada Minggu (12/2).

Menurut Wang, penurunan jumlah penduduk dapat mengancam negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu.




(fem/fem)

Hide Ads