Sejarawan Singapura Bicara soal Mitos Babi Ngepet dan Kaya Mendadak

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sejarawan Singapura Bicara soal Mitos Babi Ngepet dan Kaya Mendadak

CNBC Indonesia - detikTravel
Senin, 27 Feb 2023 07:18 WIB
Celengan babi
Foto: Getty Images/John Sommer
Jakarta -

Babi ngepet menjadi salah satu mitos yang berkembang di masyarakat. Peneliti asal Singapura membongkarnya.

Cerita babi ngepet ini digambarkan sebagai siluman babi yang berasal dari gunung dan bisa mengambil uang orang dengan hanya menggesek-gesekan tubuhnya pada dinding rumah. Babi ngepet digambarkan sebagai sosok jelmaan manusia yang berubah wujud pada malam hari dan menjadi babi untuk mencuri uang.

Cerita babi ngepet bukan hanya berkembang di masa lalu, tetapi tidak sedikit kelompok masyarakat masa kini yang masih mempercayai babi ngepet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarawan dan peneliti dari Nanyang Technological University Singapore, Christopher Reinhart, menjelaskan tentang asal-usul kemunculan babi ngepet.

Reinhart menyebut menelusuri akar historis babi ngepet adalah usaha yang menantang. Namun, dalam tren studi masyarakat kolonial, istilah babi ngepet mulai muncul sejak masa Cultuurstelsel atau tanam paksa pada 1830-1870.

ADVERTISEMENT

Menurut Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks dalam Ekonomi Indonesia 1800-2010 (2012), sejak pemberlakuan tanam paksa banyak orang-orang kaya baru di kalangan masyarakat Jawa. Mereka umumnya para pedagang dari kaum pribumi atau Tionghoa yang menjadi kaya raya dalam sekejap.

Kondisi itu menimbulkan keheranan di tengah masyarakat petani yang hidupnya sederhana. Pada titik inilah, imajinasi masyarakat petani bermain.

"Para petani yang hidupnya sederhana tiba-tiba kaget melihat ada orang yang tiba-tiba kaya dalam sekejap. Alhasil, mereka menuduh orang kaya tersebut mendapatkan harta dari cara yang tidak benar, yakni babi ngepet," tutur peneliti yang kini jadi asisten riset di Universitas Oxford.

Bagi petani pemupukan kekayaan adalah proses yang terbuka. Maksudnya, tiap orang harus melewati proses dan usaha jelas yang dapat dilihat oleh mata orang lain. Masalahnya, mereka tidak melihat kerja keras dari orang kaya baru itu. Alhasil, mereka menuduhnya bekerja sama dengan setan.

Namun di sisi lain, Reinhart menyebut ada sisi kelogisan dari tuduhan imajinasi babi ngepet kepada orang kaya. Tuduhan babi ngepet dipakai para petani untuk memberikan kesan buruk kepada rekan sesama petani bahwa orang-orang kaya itu adalah para kapitalis jahat. Maksudnya, orang kaya itu harus dijauhi karena berbahaya bagi kehidupan para petani.

Alasannya karena sewaktu-waktu orang kaya tersebut mampu membeli sumber daya para petani, seperti sawah atau hasil taninya secara murah, yang jika terjadi petani tersebut akan mengalami kemiskinan dan terjerat dalam utang.

"Jadi, tuduhan dan imajinasi babi ngepet bisa dikatakan sebagai upaya mitigasi petani. Agar menjauhi orang kaya, agar tidak menjadi kaya, dan agar tidak terpengaruh orang kaya supaya tidak terjerumus ke dalam kesesatan," kata dia.

Karena masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun bercorak agraris, maka imajinasi dan tuduhan babi ngepet terus berakar, tertanam, dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Hal inilah, kata Reinhart, masih bertahan hingga sekarang karena masyarakat kita belum sepenuhnya beralih ke industri. Apalagi masih banyak pula yang masih rendah secara pendidikan dan ekonomi.

***

Artikel ini juga tayang di CNBC Indonesia. Selengkapnya klik di sini.




(fem/fem)

Hide Ads