Kita tidak akan membahas naik bus Semarang-Surabaya yang melewati jalan tol. Tapi, ujian yang sebenar-benarnya adalah naik bus ekonomi di jalur Pantura.
Coba bayangkan perjalanan selama lebih dari lima jam perjalanan hanya untuk jarak 25 kilometer. Ya, 25 km dalam tempo lima jam.
Itu baru satu parameter, belum potensi cobaan lain yang bisa jadi datang beruntun saat naik bus ekonomi... jurusan Pati-Rembang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pokoknya naik bus ekonomi Surabaya-Semarang itu seperti melewati ujian kesabaran, panas, ada merokok, macet, pengap, gerah, dan bau kecut. Tapi bus ekonomi itu lebih cepat daripada PATAS, larinya kencang," kata Risty Kamila (29), dosen di salah satu universitas di Rembang, kepada detikcom Sabtu (4/3/2023).
"Imbas kemacetan ini saya pulang jadi dua minggu sekali, dari yang seminggu sekali. Badannya tidak kuat," dia menambahkan.
Sudah dari Agustus 2021, Risty melakukan perjalanan seminggu sekali Magelang-Rembang. Tapi, ia benar-benar mengalami kemacetan di tahun 2022 menjelang Idul Fitri dan momen kemacetan abadi itu sama seperti sekarang.
Macet abadi Jalur Pantura disebabkan oleh buka tutup perbaikan jalan di Batangan, Pati. Tak hanya itu, perbaikan jembatan Juwana juga menyebabkan penyempitan jalan di jembatan lama, karena satu jembatan dipakai dua arus.
"Kemacetan di kedua titik macet itu bisa dibilang menahun, yang di Batangan. Tiap tahun pasti ada perbaikan. Diaspal rusak dan dibeton bolong. Paling parah di depan SMA 1 Batangan," kata dia.
"Biasanya, perjalanan saya dari Sarang ke Terminal Pati hanya dua jam tapi kemarin hampir 5 jam. Itu lewat jalur alternatif yang sangat jauh di pedalaman Rembang melewati jalan-jalan kampung sempit dan rusak. Karena jalan macet semua lewat situ," kata dia.
Macet tak buat kenaikan harga tiket bus
Meski tinggal di Magelang, Risty tidak mau ke Rembang dengan memutar di Surabaya. Karena, waktu perjalanannya bisa mencapai lebih dari 10 jam meski lewat tol.
Risty merasa beruntung tiada kenaikan tiket meski ada macet abadi di Jalur Pantura Pati-Rembang. Pun ada, kenaikan itu disebabkan oleh naiknya harga BBM.
"Jalur Pantura Pati-Rembang itu nggak dilalui jalur kereta dan kemacetan mulai parah sejak Februari lalu. Biasanya masih bisa nyelap-nyelip tapi sekarang ini tidak bisa," kata Risty.
"Sarang-Pati yang biasanya Rp 25 ribu jadi Rp 28 ribu," dia menambahkan.
Bus lakukan perpal
Macet abadi di Jalur Pantura Pati-Rembang membuat bus-bus parkir di terminal atau putar balik. Bagi yang hanya mengangkut setengah bus, mereka akan disatukan di bus depannya.
"Karena memakan berjam-jam dan penumpangnya hanya setengah, jadi dijadikan satu di alun-alun Rembang. Mereka nglakuin perpal (prei ngaspal). Itu sebelum cari jalan alternatif di Sulang dan Sumber," kata dia.
Jalur Pantura Pati-Rembang adalah jalur utama yang dilewati aneka bus AKAP dan PATAS. Tercatat ada PO Jaya Utama, Wiji Lestari, Sinar Mandiri, Indonesia. Akas Mila, Harapan Kita melewati jalur itu.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan