Suku Anak Dalam (SAD) memiliki cara sendiri untuk menyembuhkan kesedihan setelah anggota keluarga meninggal. Mereka akan pergi jauh atau disebut melangun.
"Melangun adalah identitas SAD. Bila ada salah satu keluarga meninggal, semuanya akan pindah ke tempat baru. Itu salah satu cara mereka untuk menghilangkan kesedihan," kata fasilitator lapangan Pundi Sumatra Yori Sandi.
SAD akan berjalan kaki melintasi hutan, kota, hingga provinsi sampai kesedihan mereka sirna. Untuk waktunya sendiri tak dapat dipastikan, tergantung seberapa lama mereka dapat menghilangkan rasa sedih. Dalam sejumlah kasus, ada juga yang melangun hingga bertahun-tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dahulu, selain untuk menghilangkan duka, melangun juga dipercaya dapat menghindarkan SAD dari kemalangan. Pasalnya, ada kepercayaan bahwa orang meninggal disebabkan gangguan roh jahat sehingga tempat itu perlu dijauhi supaya tidak mengganggu yang masih hidup.
Melangun di masa kini cenderung lebih singkat. Apalagi ketika SAD sudah tinggal di rumah, mereka akan pergi sebentar lalu kembali lagi ke rumah tersebut.
Sebelum jasad ditinggalkan, SAD juga memiliki ritual ratapan di mana keluarga akan menangis, meraung, dan menghempaskan badan ke tanah dengan harapan nyawa yang dicabut dapat kembali. Mayat itu akan ditutup kain dan dibiarkan di atas sesungdungon yaitu tempat berteduh beratap daun atau plastik.
"Mereka meninggalkan jasad di situ lalu pindah tempat. Ini dilakukan SAD yang hidupnya masih nomaden. Tapi SAD yang sudah menetap di kampung, mereka akan kuburkan jasadnya di kampung lalu mereka kabur ke hutan. Setelah itu kembali lagi ke sini," ujar Yori.
Orang SAD memang tidak menguburkan jenazah keluarga yang telah meninggal. Namun hal itu tak dilakukan lagi di Kampung SAD yang berada di Kampung Kelukup, Dwi Karya Bhakti, Pelepat, Kabupaten Bungo, Jambi. Mayoritas orang SAD di sini sudah menganut agama Islam sehingga prosesi pemakaman mengikuti ajaran Islam.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol