Cegah Resesi Seks, Mahasiswa di China Diliburkan agar Bisa Jatuh Cinta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cegah Resesi Seks, Mahasiswa di China Diliburkan agar Bisa Jatuh Cinta

Femi Diah - detikTravel
Senin, 03 Apr 2023 13:12 WIB
People walk along a path decorated with lanterns for the upcoming Lunar New Year at a public park in Beijing, Friday, Jan. 20, 2023. The Year of the Rabbit officially begins on Jan. 22. (AP Photo/Mark Schiefelbein)
Foto: AP/Mark Schiefelbein
Jakarta -

China pasang kuda-kuda menghadapi potensi resesi seks. Sampai-sampai perguruan tinggi tertentu di negeri panda itu memberi siswa cuti agar memiliki waktu untuk jatuh cinta.

Dikutip dari NBC Montana, Sekolah Tinggi Vokasi Penerbangan Mianyang, satu dari sembilan perguruan tinggi yang dijalankan oleh Grup Pendidikan Fan Mei, salah satu yang menerapkan kebijakan itu. Kampus itu pertama kali mengumumkan liburan musim semi pada 21 Maret yang memiliki berfokus khusus pada romansa.

Waktu libur yang berlangsung dari 1 April hingga 7 April itu untuk mendorong siswa untuk "belajar mencintai alam, mencintai kehidupan, dan menikmati cinta melalui liburan musim semi."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Surat kabar China Youth Daily mengatakan mahasiswa diberi PR, termasuk menulis buku harian, merekam pertumbuhan pribadi masing-masing, dan merekam video perjalanan mereka. hasil dari PR itu akan dipamerkan setelah mahasiswa masuk kuliah lagi.

Menurut New York Times, 9,56 juta orang lahir di China tahun lalu, tetapi 10,41 juta orang meninggal dunia. Itu adalah pertama kalinya kematian melebihi jumlah kelahiran sejak program Leap Forward atau Lompatan Jauh ke Depan, eksperimen ekonomi yang digagas oleh mantan diktator Mao Zedong yang berlangsung dari akhir 1950-an hingga awal 1960-an.

ADVERTISEMENT

Seperti yang dilaporkan Reuters, negara China memiliki kebijakan satu anak antara tahun 1980 dan 2015. Pejabat menaikkan batas menjadi tiga anak pada tahun 2021, tetapi pasangan masih enggan memiliki anak. Terlebih adanya lockdown COVID-19. Orang yang lebih muda menyebutkan biaya pengasuhan anak yang tinggi, pendapatan rendah dan ketidaksetaraan gender sebagai alasan untuk tetap bebas anak.




(fem/fem)

Hide Ads