Togu Simorangkir, Lulusan Inggris Pilih Hidup di Desa Merawat Danau Toba

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Togu Simorangkir, Lulusan Inggris Pilih Hidup di Desa Merawat Danau Toba

Putu Intan - detikTravel
Kamis, 27 Apr 2023 10:05 WIB
Togu Simorangkir
Togu Simorangkir. Foto: Putu Intan/detikcom
Simalungun -

Masyarakat Danau Toba pasti tak asing dengan Togu Simorangkir. Pria lulusan kampus top luar negeri ini pilih mengabdikan hidupnya untuk kelestarian lingkungan.

Nama Togu Simorangkir sempat viral pada 2021 karena aksinya berjalan kaki dari Makam Sisingamangaraja XII di Soposurung, Balige, Sumatera Utara menuju Istana Negara di Jakarta.

Togu Simorangkir melakukan aksi jalan kaki ini sebagai bentuk protes atas PT Toba Pulp Lestari (TPL) yang diduga melakukan pencemaran lingkungan di Danau Toba. Selain itu, aksi ini juga sebagai respons atas bentrok PT TPL dengan masyarakat adat di Natumingka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, Togu Simorangkir bersama rekan-rekannya berhasil bertemu langsung dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk melaporkan kondisi Danau Toba tersebut.

Selang 2 tahun setelah aksi jalan kaki ekstrem ini, detikTravel menyambangi Togu Simorangkir di kediamannya di Desa Silulu, Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Jarak desa ini dari Danau Toba dapat ditempuh melalui jalur darat selama 1 jam.

ADVERTISEMENT

Begitu sampai di rumahnya yang sangat asri dikelilingi sawah dan sungai, kami berbincang mengenai kabar terkini dari Togu Simorangkir. Saat itu, Februari 2023, Togu Simorangkir berjalan pincang karena kondisi kakinya yang sakit setelah aksi jalan kaki.

Namun hal itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berkegiatan. Dengan penuh senyum dan keramahan, Togu Simorangkir menyambut kami dan memperlihatkan lingkungan rumahnya yang penuh tanaman dan hewan ternak.

Togu SimorangkirTogu Simorangkir. Foto: Putu Intan/detikcom

Ketika berbincang, Togu Simorangkir bercerita bahwa kecintaannya pada lingkungan sudah dimulai sejak kecil. Pria yang lahir di Silulu, 47 tahun lalu itu hidup di keluarga petani. Ayahnya merupakan petani sedangkan ibunya adalah bidan desa.

"Sejak kecil tinggal di sini tapi sempat merantau, kuliah di Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta. Dan akhirnya jatuh cinta pada lingkungan hidup sejak tahun 1994," kata dia.

Selepas lulus kuliah, Togu mengabdikan dirinya di tempat pelestarian orangutan di Kalimantan Tengah. Selain itu, ia juga sempat membuka rumah belajar di sana.

Keinginannya untuk belajar dan merasakan salju kemudian mendorongnya untuk melanjutkan studi ke luar negeri. "S2 di Oxford Brookes University, dapat beasiswa dari sana," ujarnya.

Sebagai lulusan universitas top di Inggris, Togu Simorangkir mendapatkan kemudahan untuk bekerja dengan gaji yang tinggi. Hanya saja panggilan hidupnya untuk melestarikan lingkungan dan membantu masyarakat jauh lebih besar sehingga ia memutuskan meninggalkan London dan kembali ke Silulu.

"Ditawari kerja di London, aku nggak mau. Indonesia rumahku, Danau Toba rumahku, dan kampungku di Silulu ini," kata dia.

Rumah belajar Togu SimorangkirSalah satu rumah belajar Togu Simorangkir. Foto: Putu Intan/detikcom

Kepulangannya ke kampung halaman, rupanya tak serta merta mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat desanya. Togu bercerita, dalam budaya Batak, pantang bagi perantau untuk pulang. Biasanya, mereka yang pulang akan dicap gagal.

"Orang pulang kampung di Batak dianggap sebagai orang yang gagal atau residivis. Kalau nggak buronan kau di sana, kau gagal banyak utangmu," kata dia.

Namun, Togu sanggup membuktikan bahwa ia mampu berkontribusi selama tinggal di desa. Dirinya membangun sejumlah rumah belajar yang mengajarkan anak-anak untuk menjaga lingkungan. Ia berharap, anak-anak yang kelak menjadi pemimpin ini dapat menjadi tokoh yang pro lingkungan.

Rumah belajar Togu SimorangkirPeternakan kelinci di halaman rumah Togu Simorangkir. Air kencing kelinci ditampung untuk bahan pupuk tanaman. Foto: Putu Intan/detikcom

"Orang yang merantau berani pulang kampung dan bertahan di kampung itu yang hebat. Aku secara finansial terjun bebas tapi secara happyness, aku dekat orang tua dan gaya hidupku bersyukur," ujarnya.

Togu mengatakan bahwa ia akan mengabdikan hidupnya di desa. Ia yakin jika desa dibangun dengan baik, negara ini juga akan menjadi lebih baik.

"Aku meyakini masa depan itu ada di desa. Aku meyakini kehidupan akan lebih baik ketika pondasi negeri ini kita bangun dari desa. Jadi jangan malu untuk pulang kampung, membangun kampung. Kalau bukan kita yang bangun siapa lagi, nanti pemerintah yang bangun, protes," kata dia.




(pin/fem)

Hide Ads