Kasus sekte sesat di Kenya sungguh mengerikan. 98 Korban ditemukan meninggal. Ratusan lainnya hilang. Lalu, muncul sebuah pertanyaan, kenapa sekte sesat menjamur di Kenya?
Kenya digegerkan dengan kasus sekte sesat yang menimbulkan korban jiwa. Tak tanggung-tanggung, kepolisian Kenya menemukan 90 jasad korban yang diduga mati kelaparan akibat mengikuti ajaran sekte sesat pimpinan seorang pastor bernama Paul Mackenzie Nthenge.
Para pengikut itu diduga mati kelaparan karena berpuasa agar mereka dapat "bertemu dengan Yesus." Nthenge memang mendoktrin para pengikutnya bahwa kelaparan merupakan satu-satunya jalan menuju Tuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ajaran-ajaran seperti ini ternyata bak "lagu lama" bagi masyarakat Kenya. Negara di Afrika Timur itu memang sudah beberapa kali digemparkan kehadiran sekte sesat yang kian menjamur belakangan ini.
Berdasarkan data pemerintah, lebih dari 4.000 gereja berdiri di Kenya dengan jemaat sekitar 50 juta jiwa. Dari ribuan gereja itu, beberapa di antaranya dianggap sesat.
Sekte Sesat Sudah Menjamur di Kenya
Layaknya gereja sesat di sejumlah negara lainnya, beberapa aliran sesat di Kenya juga memeras para jemaatnya untuk berdonasi dengan jumlah yang selangit.
Sebagian lainnya memang tak menguras kantong para pengikut, tapi membawa dampak lebih mematikan, seperti gereja yang dipimpin Nthenge, Good News International Church.
Melalui YouTube, Nthenge terus mendoktrin para pengikutnya. Dari kejauhan, publik lainnya terus mengamati gerak-gerik pemimpin-pemimpin sekte sesat seperti Nthenge.
"Kebanyakan pastor-pastor seperti itu sebenarnya tak pernah menginjakkan kaki di akademi teologi," ujar profesor agama di Universitas Nairobi, Stephen Akaranga, kepada AFP.
Meski demikian, fakta tersebut ternyata tak menghentikan perluasan pengaruh sekte-sekte sesat di Kenya.
Mengapa Sekte Sesat Menjamur di Kenya?
Merujuk pada pengamatan Akaranga, kebanyakan sekte itu tumbuh subur di daerah pinggiran, "di mana orang hanya punya informasi sedikit mengenai sekolah."
Selain itu, Kenya menjadi ladang subur sekte sesat karena berbagai masalah bercampur menjadi satu di tengah masyarakat.
Masalah-masalah itu di antaranya kemiskinan, edukasi yang kurang, dan kemudahan mengakses khotbah-khotbah menghibur melalui jagat maya.
Aparat Kenya sebenarnya tahu betul bahaya sekte-sekte sesat ini. Namun, mereka tak bisa berbuat banyak karena gereja-gereja itu acap kali dapat memanfaatkan celah dalam sistem hukum di Kenya, yaitu kebebasan beragama.
Selanjutnya ---> Pastor Nthenge Dikenal Problematik
Pastor Nthenge Memang Problematik
Nthenge sendiri sudah beberapa kali nyaris dibawa ke meja hijau. Pada 2017 lalu, misalnya, ia sempat ditahan karena mendesak anak-anak agar tak sekolah.
Ia bersikeras bahwa Alkitab tak mengakui edukasi. Pada akhirnya, Nthenge bebas dari dakwaan.
Beberapa tahun berselang, Nthenge kembali ditahan. Tepatnya pada bulan lalu, setelah dua anak mati kelaparan di bawah pengawasan orang tuanya gara-gara ajarannya.
Nthenge kembali membantah tuduhan yang diarahkan padanya, kemudian bebas dengan jaminan. Namun, tragedi temuan jasad korban Nthenge di hutan Shakahola ini dianggap sudah keterlaluan.
Presiden Kenya Dibuat Geram
Presiden Kenya, William Ruto, pun geram dan menyerukan pemberantasan gerakan-gerakan keagamaan yang "tak dapat diterima." Ruto menganggap para pemimpin sekte sesat itu sebagai teroris.
Menteri Dalam Negeri Kenya, Kithure Kindiki, pun melontarkan pernyataan serupa.
"Yang terjadi di Shakahola merupakan titik balik bagaimana Kenya menangani ancaman keamanan serius dari ekstremis keagamaan," ucap Kindiki ketika mengunjungi lokasi temuan jasad.
Dia kemudian berkata, "Pemanfaatan Alkitab untuk membunuh orang, untuk memicu bunuh diri massal warga sipil yang tak bersalah itu tak bisa ditoleransi,"
Pemuka Agama Lain Serukan Regulasi
Para pemuka agama lainnya pun ikut menyerukan regulasi lebih ketat untuk membendung gelombang kemunculan sekte-sekte sesat itu.
"Mereka adalah orang-orang yang salah interpretasi dan memanfaatkan kitab ketimbang menggunakannya dengan benar," ucap seorang uskup di Pentecostal, Calisto Odede.
Ia menegaskan bahwa, "Kita harus bisa menyaring pesan yang kita dengar dari pendeta."
Namun, upaya untuk memperkuat regulasi dianggap sulit karena sejak awal, sejumlah gereja independen lainnya menolak usulan pemantauan dari Dewan Gereja Nasional Kenya.
Sementara itu, pemerintah juga terus mengancam bakal menjatuhkan dakwaan terkait terorisme terhadap para pemuka agama seperti Nthenge. Namun, upaya itu juga dianggap tak akan meredam pertumbuhan sekte sesat di Kenya.
"Selama kalian berdansa dan bersuara, tak ada yang peduli," kata Odede.
-----
Artikel ini telah naik di CNN Indonesia.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol