Kini Ada Pedagang di Segara Anak Gunung Rinjani, tapi Mahal Banget

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kini Ada Pedagang di Segara Anak Gunung Rinjani, tapi Mahal Banget

Ahmad Viqi - detikTravel
Selasa, 27 Jun 2023 18:31 WIB
Sampah pendaki tercecer di area camping Danau Segara Anak Gunung Rinjani.
Segara Anak di Gunung Rinjani (Foto: istimewa)
Jakarta -

Seorang pendaki mengaku heran ada pedagang asongan di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani. Dagangan yang dijual pun cukup mahal.

Bayu Sakti (33), pendaki Gunung Rinjani asal Kota Bandung, Jawa Barat, heran bukan main melihat pedagang asongan di gunung tertinggi ketiga di Indonesia. Pedagang itu mangkal di tepi Danau Segara Anak menjajakan air minum botolan dan rokok.

Tak tanggung-tanggung, harga jual untuk sebungkus rokok bisa mencapai Rp 75 ribu-Rp 100 ribu per bungkus. Sementara, harga sebotol air minum sebesar Rp 50 ribu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bayu bercerita bahwa pedagang asongan yang ditemuinya itu sudah tiga bulan tidak turun dari Danau Segara Anak. "Saya kaget pas tanya-tanya harga rokok kan. Dan pedagang itu sudah dari April sampai Juni ini menetap di Danau Segara Anak. Lama banget," ungkapnya, Senin (26/6/2023).

Menurut Bayu, ini merupakan pengalaman pertamanya bertemu pedagang di Gunung Rinjani. Ia sendiri mengaku sudah dua kali mendaki puncak Anjani, namun baru kali ini menemukan tukang jualan.

ADVERTISEMENT

"Mahal banget (dagangannya). Tapi, saya pikir itu wajar, karena kan aksesnya jauh ke bawah kalau harus beli sendiri," terang dia.

Pedagang asongan itu, sambung Bayu, tidur di bawah terpal yang disusun seperti tenda para pendaki umumnya. Tetapi, bukan tenda. Padahal, suhu dingin di Danau Segara Anak berkisar 13 derajat celsius pada umumnya.

Bayu mengungkapkan pedagang itu enggan turun sebelum Danau Segara Anak benar-benar sepi pendaki. "Kondisi Gunung Rinjani lagi ramai pendaki. Yang jelas, pasti untung banyak. Kan harganya (dagangannya) mahal-mahal," jelasnya.

Kepala Taman Nasional Gunung Rinjani Dedy Asriady membenarkan ada pedagang yang menetap sudah berbulan-bulan. Warga yang berdagang di sana bagian dari kelompok masyarakat yang tergabung dalam Koperasi Jasa Warga (Kopjaswar).

Pedagang itu juga penduduk asli Sembalun, Lombok Timur dan sudah ada sejak 2016. Mereka tersebar di beberapa pos, yakni pos 2, pos 3 jalur Sembalun.

Baca artikel selengkapnya detikBali




(msl/msl)

Hide Ads