Kontingen Jambore Dunia RI dari Sukabumi menceritakan betapa menyengatnya cuaca panas ekstrem di Korea Selatan. Beruntung mereka baik-baik saja.
Peserta Jambore Dunia dari Indonesia berhasil bertahan di tengah cuaca panas ekstrem yang melanda saat kegiatan Jambore Dunia di Korea Selatan (Korsel). Pada Senin (7/8) lalu, angin topan yang memicu badai tropis memaksa para panitia untuk mengevakuasi seluruh peserta dari perkemahan Saemangeum, yang merupakan dataran luas tanpa pohon.
Sukabumi menjadi salah satu daerah yang mengirimkan peserta Jambore Dunia, khususnya santri Hayatan Thayyibah dan Assalam. Sebanyak 21 orang santri yang duduk di bangku sekolah SMA dan SMP ikut terbang ke Korea dari 1 Agustus 2023 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi para peserta diungkapkan oleh Ketua Kontingen Sukabumi Abdullah. Dia mengatakan, para peserta bersama pembina sudah tiga hari dievakuasi dari Saemangeum ke Seoul.
"Ini sudah tiga hari di Seoul, Korea Selatan," ujar Abdullah kepada detikJabar dalam sambungan telepon, Kamis (10/8/2023).
Dia mengatakan, pada hari ini tak ada kegiatan di luar ruangan. Setelah selesai makan pagi, para peserta diminta untuk diam di ruangan masing-masing.
"Untuk kegiatan hari ini memang tidak ada outdoor. Cuaca sedang tidak kondusif, hujan dan angin. Tidak keluar, setelah sarapan pagi itu tidak ada aktivitas kegiatan outdoor kita stay di kamar masing-masing," ujarnya.
Ditemui di Pondok Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah, Wakasek Bidang Humas Abdul Kohar menambahkan, kegiatan Jambore Dunia itu rencananya akan selesai pada 10 Agustus 2023. Namun, karena cuaca ekstrem di Korea, pihaknya belum mendapatkan kabar terkait kepulangan para peserta.
Meski demikian, kata dia, setiap harinya mereka sering berkoordinasi dengan para peserta dan pembina di Korea Selatan. Hingga saat ini, kondisi peserta dalam keadaan baik-baik saja.
"Isu terkini memang kondisinya sedang mengalami cuaca yang ekstrem. Pertama kita mendapatkan informasi yang senantiasa update setiap hari, kondisi hari ini memang cuaca sangat ekstrem bahkan tidak hanya panas, kadang ada hujan juga angin," kata Abdul.
"Kabar terkini walaupun pernah ada salah satu perwakilan Hayatan Thayyibah atas nama Ananda Syaima yang sempat masuk IGD karena tapi sudah terkondisikan, sudah normal kembali, sudah ikut terlibat kembali," sambungnya.
Dia mengatakan, saat ini mereka ada di salah satu perguruan tinggi di Seoul. Para orang tua pun menurutnya intens komunikasi dengan para siswa dan santri di Korea.
"Tim yang berangkat ke sana mempunyai grup (WhatsApp) tersendiri dengan orang tua santri. Kemudian juga karena hari ini semua peserta difasilitasi handphone, orang tua bisa langsung mendapatkan informasi dari yang bersangkutan sehingga tidak ada kekhawatiran dari orang tua," katanya.
------
Artikel ini telah naik di detikJabar.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda