Kisah Keeper Panda, Merawat Satwa Sekaligus Menjaga Diplomasi RI-China

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Keeper Panda, Merawat Satwa Sekaligus Menjaga Diplomasi RI-China

Weka Kanaka - detikTravel
Kamis, 17 Agu 2023 11:10 WIB
Cacih Lidia, keeper panda di Taman Safari Bogor
Keeper panda di Taman Safari Bogor, Cacih Lidia. (Istimewa)
Jakarta -

Merawat diplomasi kerap digambarkan dengan relasi antarpemerintahan. Namun, seorang perawat hewan juga bisa menjadi perawat hubungan antarnegara, lho.

Cacih Lidia, ia merawat diplomasi Indonesia-China bukan lewat safari politik, melainkan dengan merawat sepasang panda di Taman Safari.

Cacih merupakan keeper satwa senior yang berpengalaman kurang lebih 20 tahun dalam merawat satwa. Berbagai satwa telah ia rawat, mulai dari satwa Aves (unggas), Karnivora, hingga Primata. Kepada detikTravel ia bercerita tentang perjalanannya merawat hewan, khususnya Panda, yang adalah ikon negeri tirai bambu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awal mula ia dipercaya merawat panda karena telah menguasai perawatan berbagai spesies. Dalam merawat panda, ia tak sendirian, ada beberapa keeper senior lainnya.

"Kenapa diambil yang senior, karena background-nya sudah menguasai perawatan hewan-hewan karnivora, primata, aves. Karena itu diakumulasi semuanya bisa menangani itu berarti sudah siap menangani panda," ucap Cacih saat dihubungi detikTravel, Senin (7/8/2023).

ADVERTISEMENT

Perawatan dan penjagaan panda dilakukan intensif selama 24 jam. Terdapat beberapa prosedur dan pengamatan ketat, khususnya pada momen tertentu.

Kegiatan kesehariannya meliputi pengecekan panda, training, medical check-up keadaan panda, mengajak hewan tersebut pergi ke outdoor, hingga mempersiapkan area outdoor-nya agar aman. Tak hanya itu, ia juga bekerja sama dengan pihak ahli gizi untuk mengontrol bambu yang akan panda makan.

Tugasnya bukan cuma terhadap panda, tapi juga edukasi kepada pengunjung ataupun tamu.

Mendekati musim kawin atau estrus, Cacih dan tim akan lebih fokus memperhatikan panda. Pasalnya, panda hanya memiliki musim kawin selama dua hari dalam setahun dan panda tidak akan kawin di luar masa estrusnya. Sehingga sangat penting bagi Cacih dan tim untuk memanfaatkan momen tersebut dengan membantu sepasang panda yang mereka rawat untuk bereproduksi.

"Kalau misalnya menjelang masa estrus memang harus dipantau ketat selama 24 jam. Kalau di hari biasa misalnya mereka tidur yang penting mereka sehat. Tapi tetap terpantau seberapa lama mereka tidur kita ada catatannya, baik siang atau malam," jelasnya.

Selain itu, ia menjelaskan alasan mengapa panda diperhatikan begitu intensif selama 24 jam. Hal itu karena panda tidak bisa digolongkan hewan nokturnal maupun diural, yakni panda memiliki aktivitas di dua waktu tersebut.

Merawat panda adalah kebanggaan

Perasaan bangga menemani Cacih dalam kesehariannya sebagai keeper panda. Pasalnya, tak semua orang bisa terpilih menjadi perawat panda. Mengingat panda tidak ada di banyak negara, bahkan di Indonesia pun hanya ada sepasang.

"Bangganya kenapa? karena jadi keeper panda itu di Indonesia sendiri hanya kita aja yang menangani panda. Kalau misalnya keeper harimau di zoo banyak, burung banyak. Tapi kan kalau panda di Indonesia hanya ada di Taman Safari Bogor," katanya.

"Makanya itu menjadi suatu kebanggaan sendiri karena kita merawat satwa yang menjadi ikon dan diplomasi dua negara, jadi tanggung jawabnya besar," ucapnya.

Panda seperti anak sendiri

Kedekatannya dengan panda membuatnya sangat khawatir jika panda jatuh sakit.

"Dukanya kalau sakit. Khawatirnya seperti anak yang sakit. Nggak bisa tidur, nggak bisa makan. Jadi makan nggak berasa nikmatnya, tidur nggak bisa nyenyak karena khawatirnya ngikutin terus," tuturnya.

Harus menaati SOP

Panda merupakan salah satu hewan langka dan sangat dilindungi oleh pemerintah China. Selain itu, pada dasarnya panda juga merupakan hewan yang cukup unik juga sensitif, sehingga pekerjaan menjadi keeper panda mesti selalu menaati SOP.

"Risiko dari satwanya sejauh kita nggak melanggar SOP, nggak boleh berinteraksi langsung di dalam satu kandang, nggak boleh memaksakan padanya kalau dia lagi nggak mau, nggak ada resiko sebenarnya selagi kita mengikuti peraturan mengikuti SOP-nya," jelasnya.

"Karena memang dari karakternya sendiri kalau kita maksa, ya binatang mana sih yang kalau kita paksa nggak nyerang, bukan hanya panda. Jadi kalau pandanya lagi nggak mau atau lagi sensitif kita nggak paksakan," ia menambahkan.

Cacih menjelaskan, menaati SOP berguna baik untuk pekerjaannya maupun panda tersebut. Selain itu, kendati panda terlihat sangat menggemaskan, mereka selalu memperlakukan panda sebagaimana hewan liar. Jadi, tidak diperlakukan seperti hewan peliharaan.

"Pemikiran orang kita bisa memperlakukan panda seperti dipeluk-peluk, atau diperlakukan seperti binatang peliharaan kah, tapi sebenarnya tidak. Dilarang memperlakukan wild animal seperti binatang peliharaan, itu standarnya," jelasnya.

"Kita berlakukan juga untuk satwa-satwa seperti harimau, atau komodo, atau yang lucu mungkin orang utan. Kita sudah menerapkan standar itu untuk keseluruhan satwa liar. Yakni wild is a wild isn't a pet," ujar dia.




(wkn/fem)

Hide Ads