Pengelolaan museum di Indonesia dinilai memiliki masalah utama pada sumber daya manusia (SDM) yang lemah. Museum membutuhkan orang kreatif, tetapi justru mereka yang ditempatkan di sana kebanyakan yang sudah tak produktif.
Indonesia memiliki banyak museum yang memiliki koleksi beragam. Menurut Laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat 439 museum pada tahun 2020. Dari jumlah tersebut, sebanyak 152 museum dikelola swasta sementara sisanya dikelola pemerintah.
Dari sekian banyak museum, hanya 8 persen atau 39 museum yang memenuhi standar amat baik (A). Sisanya, masih perlu diperbaiki agar sesuai standar yang meliputi bangunan dan ruang, organisasi, visi dan misi, tujuan museum, dan pengelolaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia Nadiem Makarim sempat menyinggung 2 masalah yang menghambat perkembangan museum di Indonesia yakni manajemen pengelolaan dan keterbatasan SDM.
Soal SDM ini juga disinggung Guru Besar Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Prof. Dr. Irmawati Marwoto. Irma mengamati museum-museum yang dikelola pemerintah umumnya menggunakan SDM yang cenderung sudah tidak produktif untuk mengelola museum yang baik.
"Kebanyakan SDM museum itu adalah SDM yang dimuseumkan, yang sudah nggak kepakai gitu ya, yang sudah mau pensiun atau kurang perform, taruh saja di museum," kata Irma di Depok, Rabu (9/8/2023).
Irma menjelaskan setiap museum seharusnya memiliki SDM yang memiliki pengetahuan mumpuni mengenai pengelolaan museum. Pengetahuan ini dapat diperoleh melalui pendidikan formal, misalnya studi museologi, atau melalui pelatihan-pelatihan.
"Pengetahuan bagaimana mengelola museum itu yang untuk SDM yang masih lemah banget. Masalah kuratorial, masalah bagaimana memamerkan sesuatu di museum. Sekarang orientasinya masih pada benda," ujarnya.
Irma juga mengkritik penyajian koleksi museum yang hanya meletakkan benda-benda tanpa dilengkapi dengan konteks atau pesan tertentu. Jadi sangat wajar bila pengunjung datang ke museum merasa bosan dan pulang tanpa membawa pengalaman apapun.
"Jadi benda-benda saja dicicir-cicir, ya kan? Kamu kalau masuk museum kan rasanya gitu ya, kayak gudang. Padahal, museum itu bukan itu. Museum yang sekarang adalah isu yang disampaikan," dia menjelaskan.
Menurut Irma, sudah saatnya museum-museum di Indonesia mampu menyusun koleksi dengan mengangkat isu yang ingin diberitahukan kepada pengunjung. Ia mencontohkan beberapa isu yang dapat diangkat seperti identitas nasional hingga kesehatan mental.
"Jadi bukan men-display benda. Tapi bagaimana benda itu diberi makna. Pesan yang mau disampaikan dalam sebuah pameran itu apa?" kata dia.
Lebih lanjut, Irma mengingatkan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang dan keragaman budaya yang melimpah. Oleh sebab itu, alih-alih museum hanya menjadi 'gudang' buat benda-benda arkeologi, artefak-artefak yang ada itu dapat disusun dengan konteks identitas nasional bangsa Indonesia.
Baca juga: Robohnya (Plafon) Museum Nasional |
***
detikTravel menyuguhkan liputan mendalam tentang museum dan pengelolaannya di bulan Agustus ini. Artikel berseri tayang setiap hari.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!