Di usianya yang masih belia, Museum MACAN mampu menunjukkan taringnya di dunia permuseuman Indonesia. Dikenal memiliki pameran dan program menarik, tak ayal banyak mata tertuju pada mereka.
Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) merupakan museum seni di Jakarta. Dibuka pertama kali pada November 2017, museum ini perlahan menjadi pusat perhatian masyarakat.
Bagi traveler yang gemar berselancar di media sosial, mudah saja menemukan berbagai konten tentang Museum MACAN. Maklum, banyak anak muda yang senang datang ke sana dan memamerkan momen itu melalui unggahan di media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai museum seni, Museum MACAN punya keunggulan secara visual. Di sana, traveler dapat melihat koleksi seni moderen dan kontemporer yang terus berganti setiap 2 atau 3 kali dalam setahun.
![]() |
Ketika detikTravel mengunjungi Museum MACAN pada awal Agustus 2023, terdapat 3 pameran di sana. Bersama dengan Asisten Kurator Museum MACAN, Aditya Lingga, kami diajak berkeliling museum sambil dijelaskan mengenai pameran serta maknanya.
"Saat ini kami sedang ada 3 pameran besar. Pertama, Isabel dan Alfredo Aquilizan judulnya Somewhere, Elsewhere, Nowhere. Lalu ada presentasi khusus Museum MACAN dari seniman Ai Weiwei dan pameran koleksi judulnya di sini, d.l.l.," kata Lingga.
Khusus di sini, d.l.l., pameran ini memiliki kedekatan dengan kemerdekaan Indonesia. Traveler dapat mendengarkan rekaman proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Sukarno serta penjelasan dari museum. Selain itu, terdapat pula lukisan-lukisan yang menggambarkan suasana Indonesia sebelum dan sesudah merdeka.
"Pameran ini sendiri bicara tentang lokasi dan isu-isu di dalamnya dari Indonesia merdeka sampai sekarang. Dan dari sana kita bisa lihat para perupa merespon isu-isu tersebut. Di dalamnya ada tentang nasionalisme, degradasi alam, dan masalah-masalah yang sebenarnya dekat dengan keseharian kita tapi mungkin dikemas dengan cara yang lain. Mulai dari perupa-perupa moderen hingga perupa-perupa kontemporer," Lingga menjelaskan.
![]() |
Baca juga: Ngetren di Medsos, Museum Date, Yay or Nay? |
Melihat pameran yang sarat makna ini, Lingga memaparkan hal tersebut memang menjadi kekhasan dari Museum MACAN. Ia mengatakan, Museum MACAN selalu berfokus pada isu-isu yang dapat diangkat dari koleksi karya seni yang mereka hadirkan.
"Dari tema yang kami bawakan, kami sesuaikan dengan isu-isu yang sedang berlangsung. Jadi itu bisa menjadi salah satu poin plus kenapa di museum ini, pengunjung tidak hanya melihat karya seni tapi teredukasi juga dengan konten-konten dalam karya tersebut," ujarnya.
Selain pameran, Lingga juga menyampaikan Museum MACAM selalu membuat program yang berbeda setiap minggu. Dengan begitu, pengunjung tak hanya menikmati pameran tetapi akan mendapatkan pengalaman berharga dari program yang dibuat Museum MACAN.
"Dari segi aktivasi ke publik, kami buat rutin per minggu. Setiap satu pameran, dia punya program khusus untuk publik. Bisa untuk dewasa atau anak-anak," kata dia.
![]() |
Di samping itu, sejumlah fasilitas penunjang museum juga membuat pengunjung betah di sana. Pertama, setiap karya seni selalu diberikan deskripsi yang mudah dipahami baik anak-anak maupun orang dewasa. Bila traveler masih bingung, di setiap ruangan juga terdapat pemandu yang dapat menjelaskan makna karya seni tersebut.
Museum MACAN juga ramah bagi difabel. Lingga menjelaskan, setiap penempatan pameran selalu memikirkan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.
"Kita pikirkan bagaimana seandainya orang dengan kursi roda masuk. Jadi ada beberapa instalasi yang disesuaikan ketika pengunjung-pengunjung memasukinya," tuturnya.
Kemudian, Museum MACAN memiliki kafe dan ruang diskusi bagi pengunjung yang ingin berbincang selepas menikmati pameran. Bila ingin membeli cenderamata, tersedia juga toko yang menjual aneka benda seni hingga buku.
Tak kalah menarik, Museum MACAN juga menyediakan ruangan di mana pengunjung dapat berkreasi membuat karya seni versi mereka sendiri. Ruangan ini biasanya dimanfaatkan para orang tua yang ingin bermain sambil mengedukasi anak-anak.
Disebut sebagai yang terbaik di Indonesia
Guru Besar Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Prof. Dr. Irmawati Marwoto menjelaskan museum masa kini harus mampu mengangkat isu melalui koleksi-koleksi yang dipamerkan. Selain harus edukatif, museum juga dapat menyenangkan hati para penikmatnya.
Irmawati yang mendalami mengenai Museologi itu mengatakan, Museum MACAN merupakan salah satu museum terbaik di Indonesia. Menurutnya, pengelolaan dan penyediaan fasilitas di sana, mampu menunjang pengunjung memahami isu yang diangkat museum.
"Kalau kita keluar museum ada tempat minum yang enak. Kita bisa ngobrol di situ. Kita bisa meeting di situ. Kita punya memori setelah pulang dari situ," ujarnya.
![]() |
Sementara itu, detikTravel juga sempat berbincang dengan pengunjung Museum MACAN. Salah satunya adalah seorang seniman asal Madura, Zufi Wahyudianto.
Zufi mengaku sudah empat kali datang ke Museum MACAN. Ia tak masalah harus menempuh jarak jauh dari Madura ke Jakarta untuk menikmati karya seni di sana.
"Museum MACAN selalu tepat memilih pameran presentasi artisnya. Ku pikir salah satu museum terbaik dan untuk seni rupa konteksasinya hanya Museum MACAN," kata dia.
Baca juga: Museum Nasional Menjawab Kritikan Pedas |
(pin/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol