Aneka sorotan ditujukan untuk Museum Nasional atau Museum Gajah. detikTravel melakukan wawancara khusus dengan pihak pengelola.
Dalam perbincangan sekitar 30 menit, mereka menjawab aneka kritikan pedas. Dalam perbincangan, Jumat (18/8/2023), kami mewawancarai Koordinator Komunikasi, Kemitraan, Program, dan Pengembangan Bisnis Museum Cagar Budaya (MCB), Titik Umi Kurniawati.
Berikut petikan wawancaranya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
detikTravel: Bagaimana gambaran umum museum saat ini, yang dimiliki pemerintah?
Titik Umi:
Baik, kami di MCB itu kan ada 18 museum ya. Alhamdulillah kita itu sebagai seorang pengelola museum ya, tentunya harus tahu tugasnya apa. Dan museum kita yang ada di Indonesia itu rata-rata, alhamdulillah juga khususnya Musim Nasional Indonesia itu banyak sekali yang meminati.
Kami itu juga sudah melakukan survei ke beberapa pengunjung, kemudian melakukan hal-hal yang lain juga, bahwa memang banyak sekali minat-minat masyarakat, kemudian kementerian dan lainnya untuk mengunjungi museum, khususnya Museum Nasional Indonesia.
Jadi museum itu tetap menjadi salah dua, walaupun ada mal atau tempat yang lainnya, tapi museum itu adalah hal yang memang diperlukan oleh masyarakat untuk kepentingan pendidikan, berinovasi, beride, maupun belajar sejarah dengan metode yang lain.
detikTravel: Berarti dari pengelola tetap yakin bahwa musim konvensional kita ini akan selalu eksis?
Titik Umi:
Ya! Mohon maaf ya, museum itu dikira kuno, angkerlah dan sebagainya. Kami sebagai seorang pengelola museum itu harus punya ide kreativitas. Bagaimana membuat museum itu lebih menarik.
Entah tampilannya, pelayanannya, program-programnya, kolaborasinya dengan pihak luar. Kemudian tentu dengan mungkin gimmick-gimmick dan metode pembelajaran sejarah yang sungguh luas, yang tidak membosankan.
Jadi ketika pengunjung datang ke museum ada interaksi langsung antara koleksi dengan pengunjung. Jadi Jadi tidak hanya membaca narasi, tapi ada metode khusus misalnya kalau anak-anak ada kita siapkan kid corner.
Kemudian anak-anak ABG kita siapkan tempat yang bisa membuat mereka beride atau berkreasi. Kemudian anak mahasiswa atau peneliti kita siapkan juga tempat untuk bisa melakukan mereka penelitian atau membuat pembelajaran sejarah bagaimana kita mencintai dan melestarikan warisan budaya melalui museum.
Karena museum itu adalah jendela informasi dunia sehingga kita bisa memberikan sesuatu informasi yang bagus tentang museum-museum yang ada di Indonesia, khususnya yang di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Contohnya seperti apa? Salah satu contohnya misalnya kita berkolaborasi dengan stakeholder kita. Jadi Jadi masing-masing museum yang ada di Direktorat Jenderal Kebudayaan itu sudah punya tempat masing-masing, sudah punya kolaborasi dengan stakeholder, komunitas, sahabat museum, sahabat film, sahabat budaya.
Bahkan kita pun juga memberikan kesempatan kepada kaum difabel untuk berkreasi, berinovasi, berkegiatan di museum.
detikTravel: Jumlah kunjungan museum kita? Detail jumlah turis domestik dan asing
Titik Umi:
Alhamdulillah, ya masing-masing bervariatif ya. Kalau di Museum Nasional alhamdulillah. Jadi Jadi gini mas, pandemi itu membawa berkah untuk insan permuseuman.
Kenapa? Karena begini, pandemi saat semua tertutup, tidak semua pengunjung bisa datang ke museum. Akhirnya kita kenalkan virtual tour, ada daring hingga penyuluhan dan sosialisasi daring sehingga dengan virtual tour itu kita tidak hanya di penduduk Indonesia atau masyarakat yang ada di Jakarta, tapi seluruh dunia bisa menggunakan metode itu.
Kita menggunakan YouTube, platform media sosial, menggunakan TikTok, Facebook, sehingga semua orang lebih tahu. Jadi apresiasi masyarakat terhadap museum bisa lebih banyak dengan melalui virtual daring.
Itulah yang saya bilang kenapa pandemi mewah hikmah. Yang kedua otomatis dengan adanya endemi, masyarakat yang tadinya hanya melihat dari TV, video dan sebagainya, YouTube, tentunya mereka lebih penasaran dong.
Karena dengan adanya kita sudah berinovasi, improvisasi, mereka lebih ingin datang langsung ke museum menyaksikan apakah betul atau mungkin pengen tahu lebih banyak sekali perubahan-perubahan yang sudah dilakukan oleh musim-musim yang ada di kementerian kita.
Kalau total pengunjung sudah secara signifikan ada penambahan atau kenaikan yang sangat lumayan. Itu dari seluruh data-data yang kami lihat itu lumayan. Rentang persentasenya itu bisa 80 sampai 90 persen kenaikan pengunjung ditambah dengan adanya yang virtual.
Jadi pengunjung virtual itu kan itu yang membuat. Karena semua kalangan bisa masuk ya. Kalau untuk yang luring itu sendiri berkisar antara 60% ke atas.
Untuk animo masyarakat terhadap museum di Indonesia khususnya Museum Nasional karena ada program imersif yang baru itu menambah apresiasi masyarakat terhadap museum.
Mereka ingin tahu. Nah itu salah satu metode atau cara publikasi untuk pengembangan inovasi inilah museum. Jadi tidak hanya sekedar menata benda-benda kuno saja, tapi bisa membuat semodern mungkin walaupun tempatnya itu atau koleksi yang ada itu berkaitan dengan sejarah.
Tapi kita kemas sedemik rupa semodern mungkin dengan ramah lingkungan, mungkin dengan inovasi 4.0 dan lainnya.
detikTravel: Jadi setelah pandemi pengunjung naik signifikan?
Titik Umi:
Alhamdulillah signifikan sekali, banyak sekali. Kalau itu mungkin nanti bisa ke bidang yang lebih teknis lagi. Kami punya data secara lengkap, nanti bisa kami informasikan ya. Ada itu. Lebih ke unit Museum Nasional Indonesia. Dan masing-masing museum juga ada data itu di pengurus atau pengelolaan museum masing-masing.
detikTravel: Apakah museum di Indonesia sudah jadi prioritas wisatawan?
Titik Umi:
Ya tentunya gitu ya. Jadi kita sebagai seorang pengelola museum harus punya berpikiran bahwa kita harus memberikan semua museum cagar budaya yang ada di kementerian itu menjadi destinasi wisata.
Yang kedua alhamdulillah juga dengan adanya kolaborasi dengan tim-tim media, dengan teman-teman sahabat-sahabat museum yang tadi saya sebutkan, ada sahabat museum, sahabat budaya, dan lain-lainnya kita saling kolaborasi bersama-sama memajukan pemajuan kebudayaan dengan melalui museum ini.
Sehingga banyak sekali informasi menarik yang kita sebarkan ke masyarakat luas. Nah itulah menjadi suatu destinasi dan kita juga bekerja sama dengan dinas pariwisata, ekonomi dan kreatif untuk pengemasan massanya itu, untuk pengerahan masa dengan dinas pendidikan.
Sehingga itu salah satu jalan atau metode bahwa kita itu menjadi salah satu tujuan wisata di DKI Jakarta dan khususnya di daerah-daerah yang ada di museum kami masing-masing itu.
Jadi memang kita merupakan program prioritas karena gimana pun juga kita pernah punya program Gerakan Nasional Cinta Museum. Melalui program itu kita harus bisa menghormati jasa pahlawan, bahwa satu itu.
Kemudian kita bisa mengisi kemerdekaan ini dengan hal yang positif, belajar bersejarah tapi tidak membosankan. Kalau anak-anak dulu itu kan belajar misalnya hanya membaca saja, tidak ada bagaimana dia interaktif langsung, bagaimana dia melihat langsung artefak atau koleksi yang ada di museum.
Sehingga ketika langsung datang ke museum, dia bisa ini dan kita pun juga memberikan metode-metode yang tidak membosankan terhadap kalangan-kalangan pengunjung tertentu. Karena segmentasi kita itu kan dari adik-adik paut sampai pekerjaan tinggi, masyarakat luas dan sebagainya.
Jadi salah satu prioritas untuk berkunjung ke museum, apalagi kan kita sekarang sedang program museum dan caga budaya itu kan untuk membuat museum kita menjadi go internasional.
Jadi kita harus bisa memberikan gambaran atau highlight kepada masyarakat bagaimana caranya bahwa musim itu adalah sebuah program atau prioritas destinasi wisata yang ada di Indonesia, salah satunya misalnya.
detikTravel: Adakah inovasi terbaru untuk museum?
Titik Umi:
Ya ada. Jadi ada beberapa museum yang tadinya belum digitalisasi lalu digitalisasi dengan contoh ruang imersif. Dia menunjukkan reka adegan masa lalu dalam satu ruangan, nah itu kan lebih mudah dipahami ya.
Jadi dengan melihat kemudian ada informasi-informasi yang tertera tidak hanya narasi saja. Itu salah satu yang sudah dilakukan untuk berinovasi.
Kemudian kita juga ramah terhadap digitalisasi. Jadi museum terus melakukan perluasan-perluasan, inovasi-inovasi, mempelajari perkembangan zaman sekarang kan adik-adik ini kan lebih suka ke visual video dan lain.
Nah itu kita siapkan untuk itu dan sudah beberapa museum kami yang melakukan itu. Jadi memang untuk menambah apresiasi masyarakat terhadap museum khususnya belajar.
Jadi museum tidak hanya tempat untuk belajar tapi juga untuk rekreasi, tempat untuk berinovasi, misalnya tempat untuk mengeluarkan ide-ide. Jadi ketika kita nongkrong di museum. Oh iya bisa mengeluarkan sesuatu lah, bisa membuat artikel dan sebagainya tentunya itu.
detikTravel: Kami mengutarakan pengalaman hampir tertimpa plafon dan koleksi belum diperbarui. Apakah akan ada peremajaan museum?
Titik Umi:
Iya, Jadi kan tadi saya bilang bahwa museum itu harus terus berinovasi dan sebagainya. Mungkin kalau untuk yang tadi disampaikan ada platform jatuh dan sebagainya mungkin itu kan pengelola museum itu ada bidangnya masing-masing ya.
Nah mungkin itu lebih lanjut nanti bisa akan kami sampaikan ke yang lebih pantas untuk memberikan informasi. Memang tidak semua pengelola museum itu harus bisa menjawab. Apalagi hal-hal seperti itu kan memang terkait dengan pemeliharaan ya, mungkin itu. Tapi tetap kami berusaha untuk menjadikan yang terbaik lah ya untuk melayani masyarakat.
Nah, mungkin nanti akan bisa kami sampaikan ke tempat yang apa ya, ke bidang yang lebih layak untuk bisa menjawab itulah. Seperti itu bisa kami akomodir.
detikTravel: Ada masukan dari bule museum ini panas dan apakah arca di sini asli atau replika?
Titik Umi:
Intinya terima kasih atas masukannya dan pertanyaannya. Jadi kalau terkait ini, ini kan mungkin nanti lebih ke tempat yang pengeliharaan bagian umum atau bagian yang lain yang bisa menjelaskan mungkin ya.
Kalau Kalau saya mungkin kurang tempat ya, karena bagaimanapun juga masing-masing museum itu ada bagian-bagian tertentu yang memang harus bisa menjelaskan. Tapi intinya saya terima kasih sekali ada tanggapan atau masukan seperti itu nanti bisa kita akomodir dan nanti akan kita sampaikan datanya secara detail dengan tim teknis.
detikTravel: Bagaimana proses penataan arca itu yang terlihat seadanya?
Titik Umi:
Rata-rata yang di sini? Mungkin ini ya, kalau untuk berbicara masalah koleksi nanti ada tim kurator. Ada tim kurator, ada tim edukator yang akan bisa menjelaskan.
detikTravel: Semua pengunjung itu sepertinya bisa menyentuh koleksi arca dan apakah itu diperbolehkan?
Titik Umi:
Tidak boleh. Jadi koleksi itu tidak boleh disentuh. Jadi di museum di manapun juga tidak boleh menyentuh koleksi.
Karena koleksi itu hanya untuk kita pelihara. Makanya ada aturan setiap hari Senin itu libur. Kenapa? Supaya untuk dikonservasi dan dipelihara koleksi-koleksi itu.
Karena dari hari Selasa-Minggu itu kan beroperasi banyak sekali pengunjung sehingga Senin adalah salah satu hari untuk mengkonservasi atau memelihara koleksi-koleksi itu oleh konservator.
Kadang-kadang gini ya, namanya pengunjung itu kan sifatnya macam-macam. Apalagi anak-anak nih ya, tapi nggak masalah itu kan resiko kita menerima seorang pengunjung.
Tapi intinya memang koleksi itu tidak boleh disentuh. Dan itu nanti mungkin kami dari tim pengelola museum, tim edukasi dan lainnya akan lebih aware untuk itu supaya tidak ada lagi pengunjung yang menyentuh koleksi.
detikTravel: apakah Indonesia siap menerima barang-barang repatriasi?
Titik Umi:
Ya kalau untuk repatriasi ini juga nanti ada lagi ahlinya bidangnya sendiri. Mohon maaf sekali karena itu mungkin kalau untuk repatriasi itu memang sudah ada tim tersendiri nanti juga akan bisa kita hubungkan.
Kita berikan data selengkap mungkin kepada tim repatriasi karena itu memang sudah diatur sedemikian rupa dan saya juga tidak bisa memberikan informasi yang memang saya tidak paham.
Nanti malah menimbulkan asumsi-asumsi yang berbeda. Tapi jangan khawatir kami tetap memberikan data itu mungkin akan kami sampaikan ke tim repatriasi yang bisa lebih jelas memberikan keterangan tentang kembalinya koleksi-koleksi museum yang di Belanda ke Indonesia.
detikTravel: Apakah staf pengurus museum merupakan orang yang memang berkompeten di bidangnya? Karena ada anggapan museum yang begitu-begitu saja karena diisi oleh orang yang kurang tepat.
Titik Umi:
Ya nggak masalah, itu terima kasih juga atas komentar dan masukannya. Tapi bagaimanapun juga kami di pemerintah sudah melakukan sedemikian rupa tentunya kalau ada hal-hal seperti ini kita akan melakukan assessment lagi, assessment potensi baik SDM maupun assessment yang lainnya.
Jadi memang semua yang dilakukan oleh pemerintah tentu ada resikonya kritik dan apapun itu bagi kami tidak masalah itu malah kritik membangun buat kami, kami harus bisa lebih memberikan yang terbaik.
Justru dengan adanya itu, salah satunya kita melakukan survei kunjung museum, survei kunjung museum itu kepuasan terhadap museum. Itu kan apa-apa kritikan mereka itu yang kita lakukan.
Jadi kita lebih terus membenahi diri dan memperbaiki diri untuk demi kemajuan, memberikan informasi dan sehingga masyarakat itu bisa puas sesuai dengan keinginan mereka dan kita sifatnya memang terbuka luas ya.
detikTravel: Museum ini kan paling besar di Asia Tenggara, meski demikian apa rasa bersaing itu masih ada?
Titik Umi:
Namanya untuk meningkatkan kualitas, tentu. Kita itu terus ya namanya juga Museum Nasional Indonesia kita harus bisa memberikan yang terbaik terhadap semuanya. Jadi kita bersaing dalam hal positif.
Caranya bagaimana? Kita harus banyak-banyak mengadakan kolaborasi dengan insan-insan museum, dengan KL-KL yang terkait, dengan kaum difabel bahkan dan lainnya, sahabat museum, sahabat budaya, sahabat film.
Nah itulah salah satu cara kita untuk mengembangkan diri itu. Seperti itu. Bukan belum bisa menjawab, tapi nanti akan kita berikan data selengkap mungkin yang lebih memang tepatnya untuk bisa menjawab hal itu.
Jadi semua pertanyaan kalau memang dirasa diperlukan akan kami bantu tentunya. Kami serahkan atau koordinasikan dengan tim-tim yang terkait yang memang layak untuk menjawab pertanyaan. Mungkin Mungkin datanya lebih lengkap dan sebagainya itu bisa kami bantu.
detikTravel: Bagaimana tanggapan tas minimnya fasilitas museum, salah satunya tak memiliki tempat yang baik untuk siswa istirahat? Apa itu karena tiket yang murah?
Titik Umi:
Oke, enggak gitu ya. Jadi kami memang sudah berusaha, kita insya Allah melakukan pembaruan, perubahan besar-besaran.
Insya Allah nanti kita akan membuat satu ruangan di bawah, di basement itu nanti akan kita buatkan tempat yang seperti di bilang, jadi kayak semacam kid corner.
Sebelumnya kita sudah ada kid corner, kemudian kita akan perbarui lagi yang lebih modern lagi. yang lebih membuat nyaman untuk adik-adik SD maupun PAUD atau TK.
Kemudian ada juga museum shop dan beberapa tempat yang nanti bisa menambah daya tarik lagi terhadap adik-adik ataupun masyarakat untuk berkunjung ke museum.
detikTravel: Jadi apa rencana besar ke depan?
Titik Umi:
Dalam tahun ini, kita tunggu saja. Insya Allah nanti kita dalam tahun ini. Itu juga sama ya, terima kasih atas pertanyaannya.
Kita tunggu waktunya, jadi kita memang sudah ada rencana dengan adanya museum dan cagar budaya kita akan launching dan sebagainya, kita tunggu aja ya, akhir tahun ini kita lihat nanti gebrakannya seperti apa.
Karena nanti kalau saya ceritakan di sini nggak surprise. Karena kita mau surprise ya, jadi memang kita sudah ada rencana untuk itu, bulan kapanpun nanti dan itu insya Allah ada semua rangkaiannya itu sudah kita persiapkan.
Ada beberapa perubahan dan sejauh itu nanti kita ini kan surprise aja. Nanti tolong teman-teman juga bisa melihat nanti saksikan aja sendiri di tahun ini.
detikTravel: Apakah museum kita setara dengan luar negeri?
Titik Umi:
Kalau saya tetap optimis sebagai seorang pengelola museum tapi kita enggak usah banding-bandingkan dengan luar negeri. Tergantung dari kacamata mana melihatnya.
Yang penting kita berusaha sedemikian rupa bagaimana kita bisa membentuk masyarakat Indonesia untuk mencintai sejarah, cara bagaimana membuat museum itu semenarik mungkin, cara bagaimana berkolaborasi, memperbaiki kondisi, adn melakukan survei kepuasan terhadap pengunjung.
Sehingga apa-apa yang belum dirasa puas oleh masyarakat atau pengunjung bisa kita lakukan. Kurang lebihnya seperti itu.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol