Harga Tiket Pesawat ke Bali Mencekik, Turis Australia: Harus Jual Ginjal?

Femi Diah - detikTravel
Jumat, 01 Sep 2023 05:39 WIB
Ilustrasi tiket pesawat (Foto: Getty Images/iStockphoto/Zhanna Danilova)
Jakarta -

Harga tiket pesawat dari Australia ke Bali luar biasa mahal. Sampai-sampai, ada yang bilang harus jual ginjal untuk melancong ke Pulau Dewata.

Dikutip dari Al-Jazeera, Jumat (1/1/2023), salah satu turis Australia Amber Daines Ungar berangan-angan bisa liburan di Bali pada September 2023. Rencana itu muncul pada Januari 2023 dan dia pun membuka aplikasi pemesanan tiket secara online. Biasanya, tiket sudah bisa dipesan dan harganya lebih rendah ketimbang memesan dadakan.

Tetapi, harapan itu tinggallah harapan, Harga tiket pesawat yang tertera tidak masuk akal.

"Sepertinya saya harus menjual ginjal. Kami memang mengalami inflasi yang tinggi, jadi saya tahu biaya liburan menjadi lebih mahal. Sangat sulit untuk menerima kenyataan harga mahal tiket pesawat," kata Ungar.

Ungar menilai harga tiket pesawat tidak ramah lagi setelah pandemi Covid-19. Kini, setelah wabah usai, harga tiket pesawat tidak kembali turun.

Sebelum pandemi, harga tiket pesawat dari Australia ke Bali sekitar USD 260 atau Rp 3,9 jutaan per orang. Andak dia liburan ke Bali bersama tiga anggota keluarga lainnya, dia harus menyiapkan anggaran untuk tiket pesawat USD 1.040 atau sekitar Rp 15,8 juta.

Kini, Ungar harus merogoh setidaknya USD 3.900 atau sekitar Rp 59,2 juta untuk empat tiket pesawat ke Bali.

Ya, harga tiket pesawat di Australia itu sudah diprotes warga. Bukan hanya untuk penerbangan dari Australia ke Bali, tetapi seluruh perjalanan udara dari dan ke Australia sulit dijangkau. Para pengamat ekonomi menilai proteksionisme pasar yang dilakukan pemerintah Australia sebagai penyebabnya.

Salah satu langkah kontroversi pemerintah adalah menolak tawaran Qatar Airways untuk menambah 21 penerbangan mingguan dari Eropa ke beberapa kota besar di Australia seperti Sydney, Brisbane, hingga Melbourne. Permintaan Qatar Airways itu diperkirakan akan menambah sekitar satu juta kursi pesawat tambahan setiap tahunnya. Saat ini, Qatar Airways memiliki jadwal 28 penerbangan mingguan internasional dari dan ke Australia. Tambahan kursi itu diyakini dapat menekan kenaikan harga tiket pesawat.

Menteri Transportasi Catherine King berpendapat bahwa usulan tersebut tidak sesuai dengan kepentingan nasional Australia. Dia menilai tambahan kursi itu hanya menjadi solusi jangka pendek.

"Itu tidak sesuai dengan kepentingan nasional, termasuk kebutuhan untuk memastikan adanya pekerjaan jangka panjang, gaji tinggi, dan aman bagi warga Australia di Australia pada sektor penerbangan," kata King.

Tetapi, rumornya keputusan itu dipengaruhi oleh maskapai penerbangan nasional Australia, Qantas, yang meminta pemerintah menolak tawaran Qatar Airways. Qantas menyebut penerbangan tambahan itu akan mendistorsi pasar penerbangan.



Simak Video "Video: Dirut Garuda Ungkap 3 Faktor Penyebab Harga Tiket Pesawat Mahal"

(fem/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork