Gang 3 Sarkem, Kawasan Prostitusi di Jantung Yogyakarta

Lintia Elsi - detikTravel
Rabu, 06 Sep 2023 06:18 WIB
Gang 3 Sosrowijayan Yogyakarta (Lintia Elsi/detikcom)
Jakarta -

Gang 3 Sosrowijayan yang juga dikenal dengan nama Sarkem alias Pasar Kembang identik sebagai tempat kegiatan prostitusi di Yogyakarta. Seperti apa perwajahannya kini?

Sosrowijayan berada antara kawasan Malioboro dan Stasiun Tugu, tepatnya di Kalurahan Sosromenduran, Kemantren Gedongtengen, Kota Jogja. Sosrowijayan berkembang menjadi dua wilayah, Sosrowijayan Wetan dan Sosrowijayan Kulon. Kedua area itu memiliki persamaan dalam hal tata letak dan karakteristik bangunan serta akses masuk ke dalam kampung Sosrowijayan.

Kedua kampung tersebut memiliki dua gang, yaitu kampung Sosrowijayan Wetan (gang 1 dan 2) dan kampung Sosrowijayan Kulon (gang 3 dan 4).

Menurut sejarah perkembangannya, kampung Sosrowijayan Wetan terkenal dengan sebutan "kampung turis" karena mayoritas bangunan yang ada di sana disewakan bagi para wisatawan, baik asing maupun domestik sebagai penginapan. Gang 1 dan 2 Sosrowijayan itu juga mendapatkan predikat gang 1.000 penginapan. Kawasan itu menjadi jujugan turis seiring dengan perkembangan yang terjadi di kawasan Malioboro (daerah tujuan wisatawan).

Ya, banyak turis asing dan wisatawan lokal keluar masuk penginapan di Gang 1 dan Gang 2 Sosrowijayan. Gang ini memiliki bangunan lebih modern dan bersih. Saat petang hingga malam, aktivitas kuliner semakin hidup dan suasananya terang.

Sementara itu, kampung Sosrowijayan Kulon dikenal dengan sebutan "Sarkem" yang merupakan singkatan dari Pasar Kembang. Di Gang 3 tampak lebih gelap dengan deretan rumah warga dan penginapan yang tampak seperti rumah biasa dan mural di tembok-tembok gang.

Di gang ini pada awal malam, terlihat beberapa perempuan duduk di depan rumah-rumah sederhana di dalam gang, kumpulan laki-laki 40 tahun-an sedang menonton TV di tepi jalan gang, penjual sate langganan warga yang baru datang, dan dan beberapa warga yang bersantai di depan gang. Suasana masih sangat sepi, hanya tampak kelap-kelip lampu dari pintu tempat karaoke yang baru dibuka.

Semakin malam, Gang 3 makin 'hidup'. Seolah sudah menjadi rahasia umum, Gang 3 Sosrowijayan di Yogyakarta menjadi lokasi prostitusi.

Merujuk beberapa sumber, termasuk pernyataan warga setempat, perempuan pekerja seks dan pemandu karaoke di sini kebanyakan berasal dari daerah luar Yogyakarta seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Menurut budayawan Yogyakarta Ahmad Charis Zubair Gang 3 bukanlah kawasan lokalisasi resmi. Praktik prostitusi di sini menjadi fenomena terbuka yang diterima masyarakat seiring waktu. Selain karena sudah terbiasa, praktik ini juga terus berjalan karena warga lain pun ikut merasakan dampak ekonomi di dalamnya.

"Bagaimanapun juga kan kegiatan itu pasti menjadi satu picu atau multiplier effect bagi kegiatan ekonomi yang lain. Pasti ada yang jual makanan, ada yang jasa kamar, penginapan, jasa parkir, kemudian jasa keamanan, dan sebagainya. Jadi, kita tidak bisa melihat kegiatan itu semata-mata negatif," kata Charis.

Baginya sangat disayangkan bahwa Yogyakarta tidak lagi memiliki lokalisasi, sehingga praktik prostitusi ini tidak lagi memiliki kontrol dan bisa membahayakan pelaku kegiatan serta orang-orang di sekitarnya.

"Ini kan bisa dikatakan bisnis terselubung, selain moral juga ada dampak penyakit kelamin setidaknya sifilis, gonore, atau HIV yang tidak bisa disembuhkan. Itu kalau ada lokalisasi lebih enak mengontrol segi kesehatan dan segala macam, tapi dengan alasan moral akhirnya lokalisasi yang dulu dihilangkan," dia menjelaskan.

Dayat, salah satu warga Sarkem, menyebutkan bahwa pernah ada larangan praktik prostitusi oleh pemerintah daerah Yogyakarta di kawasan gang 3. Semua aktivitas tersebut dipindahkan ke Mrican atau lokalisasi Sanggrahan yang sekarang berubah fungsi jadi Terminal Bus Giwangan.

"Dulu pernah dilarang, tahun 70-an gitu. Berhenti sebentar aja, habis itu pada balik ke sini," kata Dayat.

Pada akhirnya, prostitusi di Gang 3 Sarkem menjadi rantai ekonomi dari pekerja, pelanggan, maupun warga. Meskipun dianggap kegiatan negatif, praktiknya tidak bisa dihentikan tanpa adanya solusi bagi perekonomian mereka.



Simak Video "Mencicipi Kuliner Tradisional Lezat di Omah Cantik Yogyakarta"

(fem/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork