Menjadi kawasan wisata yang selalu disinggahi turis sejak puluhan tahun lalu, Gang Sosrowijayan di Yogyakarta menjadi kawasan bisnis yang menjanjikan. Warga lokal berpeluang untuk menambah pundi-pundi cuan.
Salah satu bisnis yang paling banyak dijalankan warga adalah penginapan atau hotel. Areanya ada di gang 1 dan gang 2 Sosrowijayan, Kalurahan Sosromenduran, Kemantren Gedongtengen, Yogyakarta. Kawasan itu berada di tengah-tengah Malioboro dan Stasiun Tugu. Saking banyaknya penginapan, sampai-sampai gang ini dinamai gang 1.000 penginapan.
Pendapatan dari sewa kamar hotel tidak main-main. Apalagi, saat musim liburan tiba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suyanto, pemilik hotel Triple S, mengaku bisa menghasilkan uang hingga Rp 15 juta per bulan melalui usaha hotelnya. Kini pendapatan dari mengelola penginapan justru menjadi penghasilan utama setelah ia pensiun. Nominal itu jauh lebih besar ketimbang upah minimum provinsi (UMP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2023, sebesar Rp 1.981.782.
"Tadinya, bangunan ini kami sewakan untuk restoran dan setelah 2021 mulai mengelola penginapan ini. Karena pensiun kan kita pendapatan terbatas, jadi cari tambahan," kata Suyanto dalam perbincangan dengan detikTravel pada Jumat (1/09/2023).
![]() |
Suyanto menyebut kendati berdampingan dengan hotel-hotel dan penginapan lainnya, tidak ada persaingan antar pemilik. Karena, setiap hotel atau penginapan memiliki ciri khas dan menjadi keunggulan masing-masing.
"Masing-masing mempunyai ciri khas, misalkan kaya tradisional itu biasanya lebih disukai bule. Kalau di penginapan saya ini, di sini, ada air panas jadi yang mau ada air panasnya ke sini. Harganya juga kan beda-beda," kata dia.
Selain sebagai pemilik penginapan, muncul pekerjaan lain. Ada pula warga lokal yang mendapatkan penghasilan tambahan dari mengantarkan atau memberikan informasi pada turis yang datang, terutama turis asing. Atau ada pula yang menjadi pemandu wisata. Mereka menjemput turis di area Sosrowijayan itu dan mengantarkan berkeliling Yogyakarta dan kota atau kabupaten di sekitarnya.
"Kita ngantar, ngasi informasi. Tur trip Borobudur misalnya, mau naik apa, ini ada paketan yang bagus gitu. Kita kan dapat komisi," kata salah satu warga Dayat.
Selain cuan, ada pula warga yang saking seringnya berinteraksi dengan turis ini membuat warga cas cis cus berbahasa asing. Tidak sedikit pula yang menikah dengan warga negara asing, seperti Inggris, Jepang, dan Prancis.
Siti, penjual sate yang setiap hari menggelar jualannya di tepi jalan Gang Sosrowijayan, mengatakan meskipun bukan warga asli, ia bersyukur karena merasakan dampak dari kesibukan gang ini hingga mendapat omzet sekitar Rp 1 juta per harinya.
"Kalau sore jam 4-an (16.00) gitu saya di Gang 2, kalau udah malam pindah ke Gang 3. Syukurnya selalu habis jualan saya, yang beli bisa orang sini atau pengunjung yang lewat," katanya.
Berbeda dengan warga lain yang mendapat penghasilan dengan adanya turis dari luar yang mendatangi gang, pemilik Boedi Laundry Service mengaku bahwa kebanyakan pelanggannya justru merupakan warga setempat.
"Orang sini biasanya datang, jarang kalau turis. Jadi stabil aja, dibilang banyak ya gak terlalu. Tergantung aja tiap harinya," kata Boedi.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan