Gang 1000 Penginapan di Sosrowijayan menjadi sumber cuan bagi warga lokal Yogyakarta. Tetapi, pernah pula dibuat sempoyongan tidak berdaya saat pandemi Covid-19.
Sosrowijayan, Kelurahan Sosromenduran, Kemantren Gedongtengen, Yogyakarta dengan berderet penginapan selalu didatangi wisatawan, baik. turis asing ataupun lokal. Apalagi ketika musim liburan tiba, kawasan itu menjadi semakin ramai.
Sosrowijayan ramai oleh wisatawan bukan baru-baru ini saja, tetapi sudah sejak ala, seiring beroperasinya Stasiun Tugu. Kemudian, sekalin ramai setelah muncul pusat wisata Malioboro.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi, lampung turis Sosrowijayan itu sempat mati suri. Tidak ada pengunjung, penginapan dilarang buka. Periode muram bagi gang 1 dan 2 Sosrowijayan itu terjadi kala pandemi Covid-19 menyerang hampir semua wilayah di Indonesia dan dunia.
Keharusan isolasi dan bekerja di rumah berdampak cukup besar pada warga lokal di gang. Karena sebagian besar warga mendapat penghasilan utama dari bisnis penginapan ini. Deretan bangunan penginapan dan hotel ini banyak berasal dari rumah pribadi yang kemudian disulap menjadi area bisnis.
"Kebanyakan yang di dalam ini milik pribadi, diurus pemiliknya langsung. Kecuali, kalau yang gede-gede itu kan dah dijual ya, diurus orang lain atau perusahaan yang mau punya cabang di sini," kata Wiratno, warga lokal sekaligus pedagang di gang tersebut.
Para pedagang makanan dan perlengkapan sehari-hari di gang ini pun tidak bisa mencapai target yang biasa didapat, karena pemesanan makanan dan barang semakin banyak dilakukan secara online ketika pandemi 2020 itu. Sementara mereka tidak langsung beradaptasi menjadi penjual makanan lewat aplikasi.
Selain pemilik dan pedagang sekitar, karyawan yang bekerja juga terpaksa meninggalkan pekerjaan mereka di gang ini.
"Pegawai-pegawai banyak yang keluar atau dirumahkan ya namanya. Dulu banyak pegawainya terus tinggal berapa orang, Cuma ada satpam aja palingan. Pada dirumahkan sementara lah," kata lagi.
Gang ini sendiri tidak memiliki pengelola khusus yang mengkoordinasi keseluruhan gang karena memang merupakan area permukiman warga, setiap penginapan diurus sendiri oleh pemiliknya masing-masing.
Beruntung gang ini bisa segera bangkit setelah pandemi selesai, dengan kekuatan sosial media para pemilik penginapan bisa kembali mempromosikan area gang sekaligus usaha mereka.
Menurut Wiratno, area strategis dan warganya yang ramah pada pendatang juga menjadi daya tarik tersendiri yang membuat wisatawan betah hingga menjadi pelanggan tetap di sana.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol