Belum lama ini heboh seorang pendaki membawa balita ke puncak Gunung Kerinci dan menuai pro kontra. Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) menyampaikan peringatan sekaligus saran kepada mereka yang mengajak bocah ke gunung.
Mendaki bersama anak bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan. Mengajak anak untuk mendaki bersama, bisa menjadi edukasi berbalut wisata. Anak-anak dapat belajar berbagai hal, mulai dari keanekaragaman hayati, teknik mendaki, hingga mengenal alam secara lebih dekat.
Selain itu, kegiatan alam bebas itu bisa membangun memori yang berkesan dan rasa kekeluargaan yang melekat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi, cuaca, medan, dan kondisi ekstrem di gunung menuntut para pendaki untuk menyiapkan diri dengan sip, baik fisik, mental, dan bekal.
Ketua APGI Jawa Tengah, Dasirun, menyoroti balita yang sempoyongan saat berjalan mendaki di kawasan tanpa vegetasi, dekat puncak, Gunung Kerinci belum lama ini. Apalagi, kemudian diketahui orang tua balita itu membohongi petugas dengan izin hanya mendaki sampai Shelter 1, sebagai pos pendakian paling awal di Gunung Kerinc.
Dasirun mengingatkan seluruh pendaki agar tidak menyepelekan pendakian, apalagi membawa balita. Dia juga menyampaikan beberapa tips agar mendaki bersama anak aman dan menyenangkan.
"Yang jelas sesuaikan umur, kemudian cari medan yang relatif mudah, relatif mudah untuk dituruni," kata Dasirun saat dihubungi detikTravel, Senin (12/9/2023).
Ia juga menekankan pentingnya memilih gunung yang memiliki jalur evakuasi yang mudah atau dekat dengan fasilitas kesehatan.
"Jadi jangan sampai fasilitasnya mudah, tetapi begitu turun rumah sakitnya 30 kilometer, itu kan agak repot. Jadi coba pilih-pilih, Indonesia banyak gunung, di Jawa juga," kata dia.
Selain itu, traveler harus memastikan peralatan yang dibawa komplit dan mendukung. Sebab, anak-anak perlu berbagai hal khusus, seperti gizi dan fasilitas yang membuat mereka lebih nyaman dibanding saat mendaki bersama orang dewasa.
Menimbang kontur dan cuaca, gunung memiliki perbedaan dengan tempat bermukim. Terkadang cuaca di pegunungan bisa berubah secara tidak terduga.
"Kemudian dari sisi peralatan, anak-anak kan kebutuhannya khusus. Jadi makanan, kecukupan gizi, peralatan juga tetap kering, tetap hangat. Jangan sampai misalnya bermalam tidak pakai tenda, tetapi hanya pakai flysheet," kata dia.
"Jadi tenda harus benar-benar rapet, peralatan tidurnya juga yang bagus, makanannya juga itu tetap kering, tetap hangat, cukup makanan, sesuai dengan kondisi fisik anak, sesuai dengan kondisi gunungnya," dia menambahkan.
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!