Keraton Gunung Kawi di Dusun Gendoga, Desa Balesari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, menjadi salah satu jujugan peziarah Gunung Kawi. Benarkah ini tempat mencari pesugihan?
detikJatim mendatangi Keraton Gunung Kawi untuk menggali informasi tentang rumor itu pada Kamis (12/10/2023). Keraton itu berada di ketinggian 2.860 mdpl. Jika keraton biasanya identik dengan bangunan megah, tetapi di Keraton Gunung Kawi mempunyai bangunan fisik yang jauh dari kemegahan.
Untuk menuju Keraton Gunung Kawi bisa ditempuh kurang dari 1,5 jam dari Kota Malang dengan motor atau mobil. Hawa sejuk dan sepi yang menggigit amat terasa ketika sampai di Keraton Gunung Kawi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengunjung memang tidak terlalu ramai. Dari sejumlah informasi disebutkan kawasan ini biasanya ramai pengunjung pada malam Kamis Kliwon dan malam 1 Suro (Muharram).
Setelah memasuki area keraton, dijumpai banyak sesajen.
Setelah memasuki gapura, pengunjung akan menemui tiga makam yang dipercaya merupakan pengawal setia dari Eyang Tunggul Manik dan istrinya Eyang Tunggul Wati, yang juga dimakamkan di kompleks keraton dan menjadi punjer atau pusat kompleks itu. Mereka adalah Eyang Hamid, Eyang Broto, dan Eyang Joyo.
Setelah melewati area makam tersebut, tepat di ujung anak tangga ada bangunan Keraton Gunung Kawi. Pada sisi timur bangunan berdiri pohon Dewandaru. Pohon ini dipercaya merupakan pohon keberuntungan. Adapun, pada sisi barat terdapat bangunan tempat ibadah umat Konghucu. Di sini juga terdapat masjid, gereja, pura, dan klenteng.
Baca juga: Lika-liku Penelitian Pesugihan Gunung Kawi |
Sementara itu, makam Eyang Tunggul Manik dan Eyang Tunggul Wati berada di sisi utara dari keraton atau tepat di ujung bawah anak tangga untuk menuju tempat pertapaan. Makam itulah yang menjadi punjer atau pusat kompleks keraton Gunung Kawi.
Eyang Tunggul Manik dan istrinya Eyang Tunggul Wati merupakan tokoh asal Kediri, yang kemudian memilih untuk menetap di wilayah yang sekarang menjadi lokasi keraton.
"Beliau asalnya Kediri, menetap di sini untuk bersemedi hingga sampai meninggal dan dimakamkan di sini," kata Jono, salah satu penjaga sekaligus pemandu bagi pengunjung yang datang ke Keraton Gunung Kawi.
Asal-muasal Keraton Gunung Kawi Dikunjungi Banyak Orang
Jono menuturkan tempat ini ramai sejak ditinggali Eyang Tunggul Manik dan Eyang Tunggul Wati. Awalnya, mereka pindah ke Gunung Kawi untuk menjauh dari ramainya kehidupan. Tetapi, keberadaan mereka ternyata banyak diketahui masyarakat. Masyarakat pun berbondong-bondong datang untuk meminta wejangan hidup.
"Sampai kemudian wafat, masyarakat tetap berkunjung ke sini untuk berziarah. Hanya itu tujuannya, bukan ada hal lain (pesugihan)," kata Jono.
Jono menegaskan bahwa pesugihan yang disematkan terhadap Keraton Gunung Kawi tidak benar.
"Di sini sama halnya dengan makam pada umumnya. Datang ke sini untuk berziarah, bertawasul kepada leluhur. Bukan tempat mencari pesugihan, itu tidak benar," kata Jono.
Menurut Jono, seseorang yang ingin usahanya sukses dan diberikan kelancaran atau pun tujuan yang lain. Biasanya berdoa di makam Eyang Tunggul Manik dan Eyang Tunggul Wati.
"Jadi bukan pesugihan. Biasanya orang berdoa meminta kelancaran dan kesuksesan di sini sebagai perantaranya," ujar dia.
Baca juga: Asal Mula Gunung Kawi Jadi Situs Keramat |
***
Artikel ini sudah lebih dulu tayang di detikJatim. Selengkapnya klik di sini.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!