Waduk Gajah Mungkur (WGM) surut karena kemarau panjang. Area makam serta kampung zaman dulu kini muncul kembali. Wisatawan pun berdatangan untuk nostalgia.
Sebelum dibangun pada 1976-1981, kawasan WGM dulunya adalah permukiman warga. Saat WGM dibangun, puluhan desa terdampak dan puluhan ribu warga Wonogiri ditransmigrasikan ke Pulau Sumatra.
Salah satu daerah yang terdampak adalah Dusun Wotan dan Pulung. Dua daerah itu masuk wilayah Desa Boto, Kecamatan Baturetno, Wonogiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kawasan Dusun Wotan ini berjarak sekitar enam kilometer dari Jalan Raya Solo-Pacitan. Sementara itu jarak dari permukiman sekitar dua kilometer.
Jalan dari permukiman ke wilayah Wotan hanya bisa dilalui sepeda motor. Jalannya masih berupa tanah. Di sekeliling jalan merupakan kawasan pertanian warga.
Pengunjung yang ingin menuju ke lokasi harus sabar dan berhati-hati karena kondisi jalan yang bergelombang. Selain itu, ada beberapa akses jalan yang cukup sempit.
Meski terkesan sulit dan melelahkan, semua itu akan terbayar saat sampai di kawasan Wotan. Pemandangan air waduk yang surut pun mirip suasana di pantai.
Di pinggiran genangan air terdapat pasir putih. Selain itu tampak seperti ada ombak kecil di perairan tersebut. Angin yang berhembus juga cukup kencang seperti halnya di pantai.
Jika menginginkan pemandangan yang lebih bagus, disarankan datang ke kawasan Wotan pada sore hari. Sebab, dari lokasi ini bisa melihat sunset yang begitu indah dan jelas.
Kepala Desa Boto, Edi Suroso mengatakan Wotan dulunya adalah sebuah dusun yang masuk wilayah Boto. Namun karena ada proyek Waduk Gajah Mungkur, dusun Wotan menjadi hilang karena terdampak genangan air.
"Memang saat surut (air WGM) seperti pantai. Ada sedikit ombak kecil. Kalau pas musim hujan, air waduk penuh ya tenggelam semua tidak kelihatan," kata Edi kepada detikJateng Senin (16/10/2023).
Ia mengatakan beberapa orang, khususnya pemuda, sudah mengetahui wilayah itu. Namun kawasan itu belum ramai dikunjungi.
"Biasanya digunakan spot memancing juga. Di sebelahnya ada Dusun Pulung, di sana kalau surut seperti ini terlihat bekas rumah dan kawasan makam," ungkap dia.
Menurut Edi, fenomena bak pantai itu biasanya berlangsung dari Agustus hingga November atau Desember. Setelah itu kawasan Wotan kembali tenggelam atau tergenangi air.
"Sudah ada rencana buat jalan untuk dikelola dan dijadikan wisata. Namun masih terkendala anggaran," jelas Edi.
Berita ini sudah tayang di detikJateng.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol